Don’t Think About It
Malam semakin larut, kesunyian malam juga kian terasa sehingga Utahime yang tengah mampir untuk mengecek keadaamu dan suamimu, kini berpamitan untuk pulang.
Malam semakin larut, kesunyian malam juga kian terasa sehingga Utahime yang tengah mampir untuk mengecek keadaamu dan suamimu, kini berpamitan untuk pulang.
Angin malam yang dingin berhembus kencang, rasanya seolah menusuk kulit meski kamu tengah memakai pakaian lengan panjang.
Denting jam terus saja terdengar seolah memenuhi penjuru kamarmu yang sangat sepi. Sudah pukul satu dini hari, tetapi kamu masih meringkuk di ranjang king size seorang diri. Sisi sebelah yang seharusnya ditiduri oleh suamimu, Nanami Kento, masih kosong. Ia belum pulang, belum juga memberimu kabar.
Nanami Kento, suamimu, baru tiba di rumah ketika waktu hampir tengah malam. Ia buka pintu sepelan mungkin, dan berjalan ringan agar tidak mengganggumu yang kemungkinan besar sudah tertidur lelap.
Jarum pendek pada jam yang menempel di dinding mulai menginjak angka sembilan. Sudah cukup larut untuk berkutat di ruang kerja seperti yang dilakukan suamimu, Nanami Kento.
Jemarimu dengan gemulainya menari-nari diatas layar ponselmu, menggulir timeline media sosialmu hingga jarimu berhenti menari kala wajah tampan kekasihmu, Megumi Fushiguro, mencuri perhatianmu.
Rumahmu kosong saat ini, kedua orangtuamu sudah pergi sejak siang hari untuk menghadiri acara pernikahan sahabat mereka yang diadakan di kota sebelah. Dan kemungkinan akan kembali larut malam karena mereka sudah pasti akan mengadakan reuni dadakan dengan teman-teman lama mereka.
Mengikuti saran Todo, kamu pun memilih untuk duduk di pinggir trotoar, menunggu Megumi kembali menghampirimu sembari melihat banyaknya orang yang berlalu lalang untuk sekadar berjalan santai, berlari, maupun bersepeda.