Ring Ring Ring
Kamu tengah berbaring diatas ranjang tempat tidurmu, masih menatap langit-langit kamarmu meski waktu semakin larut.
Sesekali kamu menghidupkan ponselmu, hanya untuk mengecek; barangkali ada pesan yang terlewatkan dari kekasihmu yang saat ini entah sedang apa.
Perasaan gelisah makin merayapi hatimu. Pasalnya, baru kali ini Megumi tidak mengabarimu maupun membalas pesanmu; membacanya pun tidak. Biasanya ia akan segera membalas pesanmu ketika kegiatannya telah usai. Ia tidak pernah membiarkanmu kebingungan seperti ini.
Hingga akhirnya suara dering ponsel menyadarkanmu dari lamunanmu.
“Megumi?” batinmu ketika melihat nama yang muncul pada layar ponselmu. Tanpa membuang banyak waktu, kamu pun segera mengangkat panggilan itu.
“Halo? Megumi?” ujarmu.
“Lu udah tidur?” tanya Megumi dari balik telepon.
“Belom! Gue ga bisa tidur, nungguin kabar dari lu. Lu kemana aja? Gue chat ga dibaca, ditelpon juga ga diangkat. Padahal Maki aja udah pulang dari jam 9. Gue takut lu kenapa-kenapa di jalan..”
Tenggorokanmu tercekat, membuatmu berat untuk berbicara. Sungguh, kamu tidak menyukai dirimu yang seperti ini; tidak bisa manahan tangis ketika berbicara mengeluarkan keluh kesah seperti saat ini.
“Udah gitu tadi sore lu juga kan, yang nyuruh gue buat ngabarin lu kalo gue udah sampe rumah? Tapi malah lu yang ilang tanpa kabar gini”
Megumi masih mendengarkan ocehanmu tanpa menjeda sedikitpun, membiarkanmu meluapkan rasa khawatir yang beberapa waktu ini kamu pendam.
“Maaf, udah bikin lu khawatir. Tadi gua udah pulang juga jam segitu, nganter Toge dulu sampe rumahnya. Gak bareng Nobara, dia pulangnya dijemput sama temen mainnya. Sampe rumah langsung mandi terus diajak ngobrol sama bapak gua sambil nonton bola. Abis itu gua rebahan di kamar, disitu gua baru sadar hp gua ketinggalan pas mau nge-chat lu. Makanya sekarang gua balik rumah Yuuta buat ngambil hp”
Megumi menjelaskan dengan detail, tanpa ada pengurangan sedikit pun.
“Lu jam segini ke rumah Yuuta? Ini udah jam satu pagi loh. Kenapa ga besok aja? Eh, sekarang udah ganti hari ya? Nah, maksud gue.. kan bisa diambil nanti aja sebelum berangkat ke sekolah”
“Iya. Takutnya lu nungguin kabar dari gua sampe gak tidur-tidur. Ternyata bener kan?”
“Iya juga sih. Maaf ya, Gum. Gara-gara gue, lu jadi bela-belain ke rumah Yuuta jam segini”
“Ngapain minta maaf?”
“Gue ngerasa ga enak aja sama lu”
“Gak perlu ngerasa gak enak. Gua ini pacar lu. Saling ngasih kabar kaya gini emang udah seharusnya kan? Biar gak bikin pacar gua ini khawatir atau mikir yang aneh-aneh”
Untungnya kalian hanya berbincang lewat telepon seluler, sehingga Megumi tidak melihat wajahmu yang memerah dengan senyum sumringah yang terus mengembang tanpa sadar.
“Aaaaa! Sayang banget sama Megumi!”
“Gua juga, sayang banget sama lu”
Kamu ingin menjerit mendengarnya berkata demikian, tapi kamu tahan; takut akan membangunkan kedua orangtuamu yang sudah lelap.
“Telponnya gua tutup ya? Gua mau pulang dulu”
“Iya. Pulangnya hati-hati ya, Gum. Jangan ngebut-ngebut walaupun jalanannya sepi.”
“Iya, sayang. Lu langsung tidur yaa”
“Siap! Love you, Gum!“
“Me too. I love you more”
Panggilan pun terputus. Menyisakan kamu yang tengah salah tingkah setelah berbincang dengan Megumi meski tanpa bertatap muka.
Megumi itu sosok yang pendiam, membuatnya tampak misterius; tidak hanya dimata orang lain, dimatamu pun begitu. Ia tidak banyak bicara, bahkan selama kamu memendam rasa suka padanya, kamu sangat jarang mendengarnya berbicara. Bahkan saat itu, kamu sampai tidak ingat seperti apa suaranya.
Kini, setelah kamu mengenalnya lebih dalam, ia adalah sosok laki-laki yang hangat dan terus terang. Ia tidak akan malu untuk memujimu secara langsung atau mengatakan hal-hal romantis padamu; ia ingin membuatmu selalu merasa dicintai dan melihatmu tersenyum sepanjang hari.
Bagimu, Megumi adalah candu. Semua hal yang kamu tau tentangnya membuatmu makin mencintainya. Kamu juga tidak akan pernah merasa bosan mendengar suaranya yang bagaikan lantunan melodi indah yang terus menggema dalam telinga.
“Like Me”