Insomnia


cw // slight nsfw , kissing


Denting jam terus saja terdengar seolah memenuhi penjuru kamarmu yang sangat sepi. Sudah pukul satu dini hari, tetapi kamu masih meringkuk di ranjang king size seorang diri. Sisi sebelah yang seharusnya ditiduri oleh suamimu, Nanami Kento, masih kosong. Ia belum pulang, belum juga memberimu kabar.

Segala skenario buruk mulai memenuhi pikiranmu. Mengapa ia belum pulang? Apa yang terjadi? Apakah terjadi sesuatu padanya ketika dalam perjalanan pulang? Sungguh, kamu hanya ingin menemuinya dan memeluknya erat saat ini.

Kamu masih terjaga, memandangi layar ponselmu yang mati. Tubuh letihmu yang hampir seminggu ini kurang istirahat karena merawat ibumu yang sakit, ditambah perjalanan melelahkan yang hampir memakan waktu seharian; tidak kamu hiraukan dan lebih memilih untuk menunggu suamimu pulang.

Benar. Istri mana yang tidak akan khawatir jika suami yang menjadi satu-satunya orang yang paling dikasihi dan dicintai, sulit untuk dihubungi dan tidak ada kabar sama sekali?

Kamu mencoba menghubungi ponselnya lagi, namun nihil. Namun tidak berselang lama, kamu mendengar suara deru mesin mobil yang sangat kamu hapal hingga membuatmu bernapas lega.

“Akhirnya, Mas Ken pulang..” batinmu.

Kamu hanya menunggunya tanpa beranjak dari ranjang, bersiap untuk berlari memeluknya ketika ia masuk ke dalam kamar.


“Kok Mas Ken ga masuk-masuk?” batinmu gusar.

Lima belas menit kamu menunggu, tapi Nanami Kento tidak kunjung datang. Sehingga kamu memutuskan untuk keluar dari kamarmu dan mendapatinya tengah memejamkan mata di atas sofa dengan posisi duduk yang terlihat tidak nyaman.

“Mas Ken..” panggilmu pelan.

Nanami Kento masih bergeming, seolah tidak mendengar panggilanmu.

Kamu menghampirinya, lalu membungkuk dihadapannya hanya untuk menatap lekat-lekat wajah suamimu yang sangat kamu rindukan.

Tampan. Sungguh, suamimu itu terlihat sangat tampan meski tengah tertidur.

Kamu tersenyum tipis melihat keningnya berkerut seolah tengah memimpikan hal-hal rumit, lalu kamu memberikan kecupan tepat pada kerutan di dahinya; berharap agar ia kembali rileks.

Namun, kecupan itu malah membuatmu makin inginkan hal lebih. Kamu pun memposisikan tubuhmu untuk duduk diatasnya, ah.. tidak, kamu tidak benar-benar duduk. Kamu gunakan kedua lututmu yang kamu posisikan tepat di kedua sisi samping pahanya untuk menopang tubuhmu.

Napasmu memburu, lalu tanpa menunggu lama, kamu kecup bibirnya dengan lembut beberapa kali hingga membuatnya terbangun.

Matanya terbuka lebar, tampaknya ia terkejut melihat wajahmu yang hanya berjarak beberapa millimeter dari wajahnya.

Matanya kini berubah melembut, lalu membalas ciumanmu dan mulai beradu lidah denganmu. Memberikan sensasi panas hingga napasmu sedikit tercekat.


“Udah ya? Mas capek. Kamu juga capek kan? Abis perjalanan jauh” ujar Nanami Kento setelah mengakhiri ciuman kalian.

“Mas ga kangen aku?”

“Kangen. Mas kangen sekali sama kamu. Tapi mas nggak mau kamu maksain diri.”

“Tapi aku kangen mas Ken..” cicitmu.

“Nanti mas peluk tidurnya,” bujuknya.

Kamu hanya terdiam, namun matamu masih menatapnya yang telihat kian menawan dibawah cahaya temaram.

“Kamu kenapa nggak ngabarin mas kalo pulang hari ini? Mas kira kamu pulangnya masih besok,” tanyanya.

“Biar jadi kejutan. Eh, malah aku yang dibikin ketar-ketir karna mas hari ini susah dihubungin. Sibuk banget ya? Sampe-sampe mas ga bales chat aku? Nelpon balik pun engga,” balasmu dengan sengit.

“Mas lupa, hp nya masih silent mode. Mas hari ini juga nggak megang hp, jadi nggak tau kalo kamu nelpon. Maaf ya, sayang..” jemarinya mulai mengelus wajahmu dengan lembut.

“Mas hari ini kenapa pulangnya malem banget?” cecarmu.

“Tadi mas nemuin teman lama mas, habis itu nyari angin. Malas pulang kalo kamu nggak ada, nanti mas jadi kesepian,” jawabnya sembari terkekeh pelan.

“Ih, tapi mas bikin aku khawatir tauuuu! Tadi aku tungguin di kamar, eh mas Ken malah tidur disini.”

“Mas kira kamu belum pulang. Nanti makin kangen kamu kalo mas tidur di kasur sebesar itu sendirian,” balasnya, membuatmu gemas bukan main.

“Mas Ken nyebelin!”

“Kok nyebelin?”

“Aku mau marah, tapi ga bisa kalo mas Ken gemesin kaya tadi,” balasmu lalu menyembunyikan wajahmu pada bahu lebarnya.

Sedangkan Kento hanya tertawa sembari mengelus lembut suraimu.


“Time Limit”