Wake up


(Aku merekomendasikan untuk sambil dengerin ini full dari awal track)


Sukuna tertidur sembari memegangi tanganmu. Posisinya terlihat tidak nyaman. Tentu saja, ia tertidur dengan posisi duduk diatas kursi dengan ranjangmu sebagai tempat ia menopang kepalanya.

Air matamu keluar ketika berusaha menyentuhnya. Wajahnya terlihat sedikit kurus, dan kecemasan tergambar jelas pada raut wajahnya meski ia tengah tertidur.

“Gue masih bisa liat Sukuna..” batinmu.

Kamu ingin sekali memanggilnya, namun tenggorokanmu terasa sangat kering dan sedikit sakit.

Meski begitu, kamu berusa untuk memanggil namanya.

”..Sukuna” panggilmu lirih.

Sukuna terlonjak mendengar suara lirih yang memanggil namanya. Jelas sekali ia benar-benar tidak bisa tertidur dengan tenang dan pulas seperti biasanya.

Kamu dapat melihat jelas wajah suamimu itu yang terlihat kaget, cemas, dan lega.

“Kamu bangun?? Mau minum dulu? Dokter. Aku harus panggil dokter!” Ujarnya sembari menekan tombol yang teetempel di dekat ranjangmu untuk memanggil perawat serta Dokter.

“Minum yaa? Pasti tenggorokan kamu kering” Ujarnya sembari memegang segelas air dengan tangan yang gemetar.

Kamu mengangguk dengan lemah, tapi...

“Jangan dulu deh. Nunggu dokter kesini dulu, takutnya kamu belom boleh minum.” Sambungnya yang sukses membuatmu dongkol.

“PHP!! Gue udah haus beneran ini” batinmu.

Sukuna menaruh kembali gelas yang tadi ia pegang.

Tidak lama, beberapa perawat dan dokter datang memasuki ruanganmu.

Sedangkan Mahito dan Gojo yang tengah menunggu di luar cemas melihat mereka datang dengan tergesa-gesa.

“KENAPA, JO??” tanya Mahito.

“Lah? Kok nanya gua? Tanya dokter lah, gua kan dari tadi disini sama lu” jawab Gojo.

“Emang dah, ga guna nanya sama lu!”

“Lu nya aja kaga jelas!”

“Bacot!”

“Kalian berdua pilih diam atau saya guyur pakai air?” Tanya seorang dokter muda dengan rambut pirang yang kembali keluar menghampiri mereka.

Gojo dan Mahito langsung terdiam. Dokter itu pun kembali ke dalam lalu menutup pintu.

“Kucing kali ah, diguyur pake aer” bisik Gojo.

“Lu kan emang kucing. Kucing garong!” balas Mahito.


“Syukurlah, keadaannya mulai membaik. Jadi sekarang kita fokus pada pemulihannya saja. Dan tolong untuk mengelola stress, supaya cepat pulih. Mungkin dapat terbantu dengan di temani suami dan anaknya” ujar dokter berambut pirang yang telah selesai memeriksa kondisimu.

“Bayi kami bisa dipindah ke sini?” tanya Sukuna.

“Setelah melihat perkembangan bayi Bapak dan Ibu, saya rasa tidak ada masalah jika dipindahkan ke sini. Nanti tolong siapkan inkubator di sini ya, sus.” jawab dokter itu sembari memberi arahan kepada perawat yang ada di sebelahnya.

Dokter itu sedikit melirik ke arah gelas yang tadi sempat Sukuna pegang.

“Kalau ingin memberi minum, boleh. Kalau untuk makanan, nanti akan disiapkan oleh perawat di sini ya. Saya pamit keluar dulu” sambung dokter itu sebelum pergi meninggalkan ruangan.

“Makasih, dok”  ujar Sukuna.

Ketika dokter itu membuka pintu untuk keluar, ia di kejutkan oleh dua orang yang menatapnya dengan tatapan ingin tau.

“Kalau penasaran, cek ke dalam. Tapi jangan berisik.” Ujarnya lalu pergi meninggalkan Gojo dan Mahito.


“Mau minum lagi?” tanya Sukuna.

Kamu hanya menggelengkan kepala.

LUVVVV!!!” ujar Gojo yang bersemangat melihatmu telah sadar.

Namun ia malah menerima pukulan keras dari Mahito.

“Berisik!” ucap Mahito yang sudah lelah dengan Gojo.

“Mau ketemu bayi kita?” tanya Sukuna dengan senyum hangat.

Namun senyumnya seketika pudar setelah mendengar ucapanmu.

“Aku... punya anak? Aku belum nikah..”

Gojo dan Mahito tak kalah terkejut mendengarnya.

“Kita udah nikah” jawab Sukuna.

“Kamu beberapa hari lalu abis ngelahirin anak pertama kita. Kamu kasih nama Yuuji” lanjutnya.

”..Hah?”

“Kamu.. gak inget?”

Kamu hanya menggeleng.

“Ini.. liat. Kita pake cincin nikah. Di dalemnya ada nama kita” ujar Sukuna yang berusaha meyakinkanmu dengan menunjukkan cincin nikah yang kalian gunakan.

Kamu tidak meresponnya.

“Amnesia, Jo?” tanya Mahito yang berbisik pada Gojo.

“Kayanya gitu. Kalo diare kan ga mungkin ampe lupa gini” jawab Gojo tanpa berpikir.

“Ngapa diare sih? Orgil!”

Sukuna memegangi tanganmu dan tertunduk lemas.

“Kalo kamu lupa semuanya? Aku.. harus gimana?” ujarnya lirih.

Kamu malah tertawa.

“Bikin aku jatuh cinta lagi sama kamu. Unaa, aku kangen..” ujarmu yang membuat Sukuna segera mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk.

“Kamu.. inget?”

“Ga mungkin lah aku lupa” jawabmu yang langsung dihadiahi cubitan pada pipimu oleh Sukuna.

“Aku baru bangun loh!”

Sukuna mulai membenamkan wajahnya pada bahumu.

“Una, ih. Geli”

“Diem”

“Ya sueb, pemandangan apaan ni yang gua liat?” Celetuk Mahito.

“Suab sueb suab sueb mulu lu dari kemaren.” Sahut Gojo.

“Komen aja netijen”

“Una? Kamu nangis? Hahahahahaha” Kamu tidak bisa menahan tawa melihat laki-laki yang biasanya terlihat kuat dan kokoh, saat ini menangis di bahumu.

“Kamu bikin aku takut” bisiknya yang membuat telingamu geli.

“Maaf, Una. Aku janji ga bakal bercanda kaya tadi lagi..” ucapmu sembari mengelus kepalanya.

“Bercanda lu jelek. Ampe naber gua dengernya tadi” sahut Gojo.

Kamu hanya tertawa mendengarnya.

“Naber mah ke kamar mandi sana! Awal aja jebol disini!” Ujar Mahito.

“Gua trauma ah ke kamar mandi” jawab Gojo.


“Anak gemes siapa ini?” Ucapmu sembari memainkan pipi tembam anakmu yang tengah digendong oleh Sukuna karena kamu masih terlalu lemas untuk menggendongnya.

“Anak mama sama papa Una” jawab Sukuna, seolah menggantikan anaknya berbicara.

Ketika kalian tengah asik bermain dengan Yuuji, pintu ruanganmu terbuka dan memperlihatkan Geto serta Shoko yang baru tiba.

Shoko segera berlari menghampirimu. Ia terlihat sangat senang melihatmu sudah sadar.

“Gua mau meluk, tapi gua abis dari perjalanan jauh. Kotor, kena debu sama asap kendaraan” ujar Shoko.

“Lu bikin panik tau ga?? Untung deh lu sekarang udah mulai membaik” lanjutnya.

“Maaf, Ko. Liat nih ponakan lu, lucu ga?” Jawabmu berusaha mengalihkan topik.

“Gemes banget!! Pipinya mau gua gigit!” Ujar Shoko dengan heboh.

“Sembarangan! Emang pipi anak gua bakpau apa?” balas Sukuna yang mulai menjauhkan anaknya dari Shoko.

“BERCANDA DOANG, SU!”

Sedangkan Geto mulai bergabung dengan Gojo dan Mahito.

“Anaknya mirip Sukuna banget ya? Hahahaha” celetuk Geto.

“Iya. Kalo mirip gua, pasti lebih lucu” sahut Gojo yang langsung dihadiahi tatapan sinis dari semua yang ada di dalam ruangan itu.

“Orgil!” Ucap Mahito sembari menepuk bahu Gojo sedikit keras.

“GWS, bro!” Ujar Geto yang ikut menepuk bahu Gojo pada sisi lainnya.


“When you are alone”