Surprise
Gojo melangkahkan kakinya cepat-cepat, ia tidak ingin membuatmu menunggunya terlalu lama karena ia tahu betul bahwa kamu sangat tidak suka menunggu.
Sebenarnya, ia sudah beberapa kali memintamu untuk langsung saja masuk ke dalam unit apartemen miliknya, tapi kamu selalu menolaknya dengan dalih tidak sopan memasuki rumah yang pemiliknya tidak ada. Meskipun itu bukan masalah untuk Gojo, karena baginya kamu juga pemilik rumah itu.
“Gojo!” panggilmu sembari melambaikan tangan.
Diam-diam Gojo menghembuskan napas lega. Ia lega melihatmu yang masih ceria meski telah menunggunya hampir satu jam lamanya bersama sekelompok orang yang berdiri di sebelahmu.
Namun, tidak lama ia terkejut kala menyadari siapa orang-orang yang bersamamu itu.
“Happy birthday, Sat!” ujar Suguru terlebih dulu.
“Selamat ulang tahun!” ucap Nanami.
“Hepi besdey, Pak Gojo!” seru Yuuji, Megumi, dan Nobara bersamaan.
“HBD pak tua!” sahut Shoko dan Utahime dengan kompak.
Gojo tertegun, ia tidak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini dari teman-teman dekatnya yang akhir-akhir ini sama sibuknya dengan dia, sehingga sulit sekali bertemu meski hanya tegur sapa.
Melihatnya yang masih membisu, kamu mulai membisikkan sesuatu pada telinganya yang memerah itu.
“Selamat ulang tahun, sayang. Maaf, aku nolak ajakan kamu kemarin. Aku mau kita ngerayain ulang tahun kamu bareng-bareng sama temen-temen deket kamu juga–” belum tuntas kamu bicara, Gojo memotongnya.
Gojo memelukmu erat sembari berbicara dengan suara rendah, “Aku kira, kamu gak inget ulang tahunku?”
Kamu tersenyum mendengarnya, kamu akui ia memang sedikit kekanakan. Tapi, kamu paham sekali bahwa yang ia lakukan itu semata-mata karena ia tidak ingin merasa kesepian di hari kelahirannya.
“Ga mungkin aku ga inget hari-hari penting orang yang paling aku sayang, Jo!” jawabmu sembari membalas pelukannya.
“Makasih, sayang..” cicitnya.
“IH! IH! PAK GOJO NANGIS!” seru Nobara dengan heboh.
“SKRINSYOT, GUM! SKRINSYOT!” titah Yuuji sembari menepuk-nepuk bahu Megumi.
“Difoto kali? Masa di screenshot?” sahut Megumi.
“Jangan malu-maluin, Sat. Masa udah ubanan gitu nangis?” ledek Suguru.
“Jaga alat bicara lu, Su! Gua belom ubanan!” sahut Gojo.
“SA SU SA SU, PANGGILNYA YANG BENER KEK!”
“LAH? LU MANGGIL GUA JUGA GAK PERNAH BENER? SAT SAT MULU, UDAH KAYA NGATAIN?” balas Gojo, tidak mau kalah.
Shoko yang sedari tadi diam mulai bicara, “Maaf, bukannya mau menengahi kalian. Tapi, bisa ga? Baku hantamnya di dalem aja?”
Aroma manis kue mulai tercium memenuhi ruangan dan alunan musik yang disetel tidak terlalu keras terdengar sangat pas untuk menggelitik indera pendengar.
Susunan kue manis yang berwarna-warni telah selesai kamu susun diatas piring bersama Shoko dan Utahime. Gelas-gelas berisi minuman dingin yang menyegarkan pun telah siap disuguhkan.
“Ini manis-manis semua ya?” gumam Utahime.
“Ya gimana ya? Si uban kan demennya yang manis-manis gini,” sahut Shoko.
“Ada kopi pahit gak? Biar lidahku bisa survive hahaha” tanya Utahime padamu.
“Ada kok! Mau aku seduhin?” tawarmu yang ditolak oleh Utahime.
“Ih, gak usah, nanti ngerepotin. Biar aku bikin sendiri aja.”
Sementara itu, Yuuji, Megumi, dan Nobara dengan malu-malu menghampiri Gojo yang tengah berbincang dengan Suguru dan Nanami sembari membawa sepiring dango yang sebelumnya mereka buat bersama.
“Pak, tadi kami bertiga bikin ini buat Pak Gojo. Rasanya enak kok, tadi udah kami uji coba!” ujar Yuuji.
“Bener, pak! Ga bikin diare! Udah aman ini, telah teruji klinis!” sambung Nobara.
“Semoga suka, Pak” ujar Megumi sembari mengulurkan sepiring dango yang ia pegang.
Gojo menerimanya, lalu meminta mereka untuk duduk dan berbincang bersama.
“Makasih yaa. Pasti ini bukan Nobara yang bikin?” ujar Gojo, setengah bercanda.
“Ara tadi bikin, tapi malah diejek sama mereka,” adu Nobara.
“Malah bikin cilok ya?” tebak Suguru dengan asal.
“IH, IYA, PAK! BENER!” seru Yuuji dengan semangat.
“Ini enak banget. Beneran bikin sendiri?” tanya Nanami setelah mencicipi satu gigitan.
“Iya. Yuuji sama Gumi yang bikin, Pak!” jawab Yuuji.
“Saya cuma bantu-bantu ngaduk sama nyiapin bahan aja,” sanggah Megumi.
“Yuuji, kamu berbakat jadi chef!” seru Suguru.
“Betul, Ji. Kamu gak mau ikut lomba cerdas cermat aja?” sahut Gojo.
Tanpa aba-aba, sebuah jitakan mendarat di dahi Gojo.
“NGGAK NYAMBUNG, WOI!” sungut Suguru yang ingin sekali memukul sahabatnya itu.
“Kok lu diem aja, Mi? Naber?” tanya Gojo yang melihat Nanami diam saja, seolah tidak peduli dengan sekitarnya.
Nanami menjawab dengan santai, “Dibalik diam gua, ada rasa ingin menginjak kepala lu, Jo.”
Hari itu, kediaman Gojo Satoru yang biasa sepi, kini dipenuhi dengan suara tawa dan obrolan yang terus menyambung bagai benang yang tidak berujung.
Sesekali, Gojo merangkulmu atau mencium keningmu kala bersenda gurau dengan yang lain.
“Makasih, sayang..” bisiknya.
Ia berulang kali mengucapkan kata itu tiada henti, membuatmu gemas ingin menciumnya saat itu juga. Namun, kamu tidak bisa melakukannya karena malu, terdapat banyak pasang mata yang akan melihat kalian nantinya.
“Bused dah, yang di pinggir anget bener itu!” celetuk Suguru, sukses membuat banyak pasang mata menatapmu dan Gojo.
“Anget lah!” jawab Gojo sembari memelukmu erat.
“Tolong jaga sikap, Pak. Ga sopan, disini banyak yang jomblo,” ujar Nobara yang tengah memakan macaroon.
“Makanya, punya pacar!” balas Gojo sembari menjulurkan lidahnya.
“Songong banget anjir! Belom aja gua gebuk pake piring!” seru Shoko yang sudah jengkel.
©️ gumigumiyuu