Sukuna?


Kamu tengah berada di kamar mandi, tentu saja kamu hanya seorang diri. Ah, tidak.. tepatnya kamu berdua bersama bayi yang ada dalam kandunganmu.

Sukuna tertidur sangat pulas, kamu panggil berkali-kali pun ia tidak bergeming. Mungkin baginya suaramu seperti melodi yang indah hingga membuatnya semakin nyenyak dalam tidurnya.

Setelah mencuci tangan, kamu memilih untuk membasuh wajah agar terasa lebih segar.

Kamu memejamkan matamu agar tidak ada air yang masuk dan membuat matamu perih.

Namun ketika kamu kembali membuka mata, kamu tidak dapat melihat apapun.

Sepertinya tengah ada pemadaman listrik?

“Ya Allah, gini amat nasib gue” batinmu yang tengah merasa panik yang teramat sangat.

Kegelapan membuat indera penglihatanmu tidak berfungsi dengan baik. Dan karena itu lah jantungmu mulai berdetak tidak karuan, bahkan untuk bernapas pun terasa sangat berat.

“UNAAAAA!” jeritmu, berharap agar ia segera tiba.

“UNA MANA SIH? YA ALLAH, GUE PENGEN NGERABA2 PINTU TAPI TAKUT” batinmu.

Ya, kamu hanya berdiri di tempat semula. Tidak bergerak sama sekali, karena kegelapan membuatmu merasa takut untuk bergerak.

Benar. Bagaimana jika saat kamu sedang meraba-raba untuk membuka pintu, tiba-tiba kamu menyentuh “sesuatu”?

Membayangkannya pun membuatmu bergidik ngeri.

“UNAAAAAAAAAAA! PLISSS! UNAAAA! TOLONGGGG!” Jeritmu lagi.

“UNAAAAAAAAA”

Ketika kamu mulai putus asa, kamu mendengar suara ketukan dari pintu kamar mandi.

Tok tok tok

“Una?” pikirmu.

“Kamu di dalam?” Tanyanya dari luar.

“Un—” Kamu menghentikan ucapanmu.

“Bayi aku gimana?” Lanjutnya.

Kamu membisu. Jantungmu berdetak semakin liar dan pikiranmu mulai kacau.

“Suaranya kaya Una.. tapi kok kaya beda?” pikirmu.

Sukuna yang kamu kenal, dia akan memprioritaskanmu melebihi apapun.

“Bayiku gimana, sayang?” Ujarnya lagi dari luar.

Kamu masih terdiam.

“INI BUKAN UNA, ANJROTTTT. NANGIS AJALAH GUE”

Sukuna yang kamu kenal, ia selalu menyebut bayi kalian dengan sebutan “baby kita”. Selalu dengan kata “kita”, karena itu adalah buah hati kalian berdua.

“Kamu di dalam kan?” Tanyanya lagi dan lagi.

Kamu memilih untuk tetap bungkam. Hingga orang yang bersuara mirip Sukuna itu tidak lagi bertanya.

Keheningan kembali menerpa.

Namun, tiba-tiba...

BRUAKKKK

Terdengar suara pintu kamar mandimj tengah didobrak paksa dari luar.

“YA ALLAH. ASTAGHFIRULLAH. GUE HARUS GIMANA INI? TADI UDAH GUE KUNCI KAN??”

BRUAAAKK

Lagi-lagi sosok itu kembali menghempaskan tubuhnya ke pintu.

Kakimu mulai terasa lemas, seolah tulang-tulang tidak lagi mampu menopang tubuhmu.

Suara dobrakan mengerikan tadi mulai berganti dengan suara yang sangat familiar.

“KAMU DIMANA? DI DALEM?” tanyanya dari luar.

“KAMU GAPAPA KAN? JAWAB! AKU PANIK” tanyanya lagi.

“Ini... beneran Una kan?” batinmu yang masih dipenuhi keraguan.

“JAWAB AKU! HARUSNYA TADI KAMU BANGUNIN AKU KALO MAU KEMANAPUN DAN BUTUH APAPUN”

“Ini Una..” batinmu yang merasa lega.

Kamu pun berjalan dengan susah payah menuju pintu dan membuka kuncinya.

Saat kami membuka pintu, kamu melihat sosok suamimu yang berdiri dengan raut wajah cemas sembari membawa ponselnya sebagai senter.

“Unaa..” ujarmu dengan lemas.

“Kamu gapapa? Ada yang luka?” Tanyanya sembari memegangi bahumu.

Kamu langsung menginjak kakinya, untuk memastikan.

“Kok nginjek?”

“Gapapa. Ternyata ini Una beneran” jawabmu.

Sukuna terlihat sedikit kebingungan.

“Ayo ke kamar, istirahat. Semoga aja besok pas bangun, listriknya udah nyala lagi” ujar Sukuna.

“Ga kuat jalan.. lemes banget” ujarmu.

Benar, sendimu terasa seperti jelly setelah kejadian menegangkan tadi.

Tanpa basa-basi, Sukuna segera menggendongmu.

“Aku berat”

“Kenapa? Aku kan kuat” jawabnya dengan percaya diri.


“Una”

“Apa? Lain kali kalo mau ke kamar mandi atau butuh apa-apa, langsung bangunin aku.”

“Kamu susah dibangunin”

“Guyur aja”

“Hehehe ini baru Una yang asli” ujarmu sembari menyentuh wajahnya.

“Maksudnya apa sih? Ya masa palsu?”


“Unaaa”

“Senterin ke depan. Kalo tangan kamu dua-duanya megangin aku, kamu mau nyenterin apa?”


“When you are alone”