Siapa?
Kamu tengah duduk bersandar diatas ranjang sembari membolak-balik halaman buku novel yang sedari tadi kamu baca.
“Seru banget bukunya?” Tanya Sukuna yang datang membawakanmu susu untuk ibu hamil.
Kamu mengangguk dan menatap Sukuna dengan mata berbinar.
“Tokohnya mirip kamu, bagi orang-orang keliatan galak. Padahal aslinya engga”
“Emang aslinya aku gimana?”
“Ga ada galak-galaknya, posesif, terus...”
“Terus?”
“Sayang sama aku hehehehe”
Mendengarnya, Sukuna hanya tertawa dan duduk disebelahmu.
“Una, kayanya makan almond bites enak deh?” Pancingmu.
“Mau?”
Kamu mengangguk dengan semangat.
“Yaudah ini diminum dulu, keburu dingin.”
Kamu meminumnya sampai habis meskipun rasanya terlalu kental.
“Una, kamu masukin susunya berapa sendok?”
“Delapan”
“Banyak banget??? Tiga aja cukup tauu”
“Gapapa, biar vitaminnya banyak” jawabnya sembari beranjak.
“Aku mau beli almond bites dulu, kamu hati-hati ya di rumah” pamitnya.
“Iyaa. Hati-hati di jalan, papa Una”
Saat ini kamu tengah memainkan ponselmu, sekadar megulirkan laman pinterest guna mencari inspirasi dekor untuk kamar bayi.
Sesekali kamu membetulkan posisi dudukmu yang terasa tidak nyaman, meski kamu tengah duduk di ranjang yang harusnya terasa sangat nyaman.
“Kamu nanti jangan nakal yaa, nurut sama mama. Liat nih, mama duduk aja rasanya pegel banget” monologmu sembari mengelus perutmu yang sebesar semangka.
CKLEKK
Kamu mendengar suara kenop pintu yang dibuka, kamu pun menoleh ke arah pintu kamarmu yang masih tertutup rapat.
“Perasaan gue doang kali ya?” batinmu yang memilih tidak memedulikannya dan kembali fokus memainkan ponselmu.
Tidak berselang lama, kamu dikejutkan dengan suara derit pintu kamarmu yang terbuka.
KRRRRIEEEETTT
Kamu mematung sesaat.
“Una?” Panggilmu, memastikan bahwa itu ulah Sukuna.
“Una udah pulang?”
Tidak ada sahutan.
KRREEEKKK
KRIEEEETTTT
Kini pintu kamarmu sedikit berayun, seperti akan tertutup lalu kembali terbuka lebar.
Kamu berusaha tenang dan tetap berpikir positif. Di siang bolong seperti ini mana mungkin ada makhluk halus yang berkeliaran?
“Una?”
Lagi-lagi kamu memanggil nama suamimu.
“Sukuna?”
Namun tetap saja, tidak ada sahutan darinya.
“Hahahaha Una, kamu udah mau jadi bapak-bapak loh. Masih aja bercanda kaya gini” Kamu memaksakan diri untuk tertawa, bahkan suaramu sedikit bergetar.
Seketika ayunan di pintu kamarmu berhenti.
Hening.
Sangat hening hingga membuatmu merasa sangat panik? Tidak, mungkin lebih tepatnya merasa takut?
Untuk mengurangi rasa takutmu, kamu menulis cuitan di aplikasi burung biru.
(Tweet di chapter sebelumnya)
Namun balasan Sukuna membuat pikiranmu merasa tidak karuan.
Tapi aku lagi di indoapril. Tadi kan kamu minta dibeliin almond bites..
“ANJROT TERUS TADI YG MAININ PINTU SIAPA KALO BUKAN UNA??” batinmu, merasa kalut.
Detak jantungmu berpacu dengan cepat, bahkan jari-jarimu terasa sangat dingin karena rasa takut yang menyergapmu.
BLAMMM
Belum reda rasa takutmu, kamu kembali dikejutkan dengan pintu kamarmu yang tertutup dengan sangat keras hingga menimbukan suara yang keras.
“PLIS, UNAA.. CEPETAN PULANG!” jeritmu dalam hati sembari bersembunyi di balik selimut dan berharap agar suamimu lekas kembali.
“When you are alone”