Right or Wrong Part.3



Toil as yakuza AU x fem!reader


Suara denting jam terdengar memenuhi penjuru kamarmu. Sepi sekali. Tampaknya kini masih terlalu dini untuk bangun dari tidur yang lelap.

Kamu membuka matamu perlahan, mencoba membiasakan diri atas cahaya temaram yang bersinar di sudut kamarmu.

Tidak lama, pintu kamarmu terbuka. Tanpa memastikan, kamu tahu betul siapa orang yang membuka pintu kamarmu itu.

Tepat sekali, orang itu adalah Toil yang tengah menginap di rumahmu.

Toil mulai berjalan mendekati ranjangmu, sedangkan kamu memilih untuk berpura-pura masih terlelap dalam mimpi.

Ia tidak berbicara sepatah katapun, hingga ia duduk di tepi ranjangmu dan mulai membelai suraimu.

“Gua mau keluar dulu sebentar.” ujarnya tiba-tiba.

”..tapi gua ngerasa berat banget buat ninggalin lu sendirian” sambungnya.

“Emangnya gue bakal kenapa kalo dia tinggal?” batinmu.

Sepertinya, kamu sudah melupakan kejadian di restoran yang hampir merenggut nyawamu itu.

Kamu masih bersandiwara, berusaha setenang mungkin layaknya bayi yang tengah tertidur. Meskipun jantungmu rasanya seakan hampir melompat keluar dari rongga dada setiap kali ia mengelus lembut kepalamu.

“Tunggu disini ya, sampe gua pulang. Jangan kemana-mana.” titahnya.

Ia kembali bicara.

“Kalo ada apa-apa, langsung kabarin gua” Toil mulai beranjak dari ranjangmu.

Kamu tidak mendengar suara langkah kakinya, sepertinya ia masih berdiri di sisi ranjangmu.

Tiba-tiba, kamu merasakan deru napasnya yang begitu dekat. Ingin sekali kamu membuka mata, tapi kamu urungkan.

Toil mulai berbisik,

“Sekarang tidur. Gua tau daritadi lu udah bangun..”

“Jaga diri di rumah, gua tinggal dulu sebentar.” sambungnya, lalu ia mencium pucuk kepalamu.

Ia pun beranjak dan mulai berjalan keluar.

Sebelum menutup pintu kamarmu, ia kembali bicara.

“Gak ada orang tidur sambil senyum-senyum” ujarnya sembari terkekeh, dan meninggalkanmu yang dihujani rasa malu.


Saat ini, jam menunjukkan pukul dua lebih tiga puluh delapan menit dini hari.

Salahkan Toil yang tadi sukses membuat rasa kantukmu hilang. Bagaimana bisa kecupan yang tidak lebih singkat dari hitungan satu sekon itu masih membuatmu berdebar kencang meski sudah satu jam berlalu?

Kamu beranjak dari ranjang dan mulai berjalan menuju dapur. Berniat untuk menikmati es krim yang manis guna mendinginkan pikiran dan hatimu.

Namun, kamu malah dikejutkan dengan sesosok pria asing yang tengah masuk melalui jendela dapurmu.

Dengan refleks, kamu memukul pria itu dengan teflon yang berada di dekatmu.

“Woi! Woi! Ini gua!” seru pria itu sembari membuka masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya.

“Yucca, bisa ga sih lu kalo masuk tuh pake cara yang normal?”

“Jangan ngomongin normal nggak normal. Situasi kita udah nggak normal” jawabnya.

Ia mengatur napasnya sebelum kembali bicara.

“Asal lu tau, diluar ada tiga orang yang ngawasin rumah lu. Mau nggak mau, gua masuk lewat sini. Untung nggak lu kunci.”

Pria yang kamu panggil Yucca itu menutup jendela dengan rapat, lalu matanya memindai setiap sudut ruangan dengan teliti.

“Aman” ujarmu, tahu apa yang tengah ia cari.

“Jaga-jaga. Siapa tau ada yang diem-diem masang penyadap atau CCTV?” sergahnya.

Seperti biasa, dia memang sangat teliti.

Setelah dirasa aman, ia berjalan menuju lemari pendingin, mengambil dua botol air mineral.

“Gua nggak pernah ngomentarin kesukaan lu atau kebiasaan aneh lu. Tapi, tolong.. ilangin kebiasaan lu makan es krim pagi-pagi buta gini” celotehnya sembari menempelkan sebotol air dingin di dahimu.

“Sama aja ga sih? Air yang lu kasih dingin juga..” cibirmu.

“Beda, kalo ini nggak mengandung gula. Lebih sehat” Ia pun mengambil es krim yang berada di tanganmu dan menaruhnya kembali kedalam freezer.


Setelah tiga puluh menit bersiap, kamu pun keluar menghampiri Yucca yang tengah merakit beberapa senjata.

“Changho ngasih tau apa aja?” tanya Yucca tanpa mengalihkan fokusnya pada senjata yang ada di tangannya.

Pikiranmu kembali pada kejadian beberapa waktu lalu, ketika kamu dan Toil tengah berada direstoran.

(Flashback)

Seorang pria ber-hoodie hitam dan menggunakan masker berwarna senada, menghampirimu ketika kamu baru keluar dari toilet.

Ia melihat sekeliling sebelum berbicara padamu.

“Besok pagi jam empat lebih empat puluh empat menit. Pelabuhan Busan.”

“Terus lu gimana?” tanyamu.

“Jangan pikirin gua. Tugas lu, bikin dia lengah. Ulur waktu sampe tengah malem, biar gua bisa ngurus persiapan lain” titahnya.

“Sekarang rencana lu apa?”

“Masuk markas mereka lah. Apalagi?”

“Tapi, itu lebih bahaya kan? Nanti lu lebih susah kaburnya”

“Mau gimana? Kita butuh info dan bukti lain, info dari lu aja gak cukup. Di pondok tempat kemarin gua disekap, gak ada apa-apa. Gua yakin, di markasnya banyak bukti yang bisa kita dapetin.”

Kamu diam, membenarkan ucapannya. Bukan lah tugas yang mudah bagimu, Changho, dan Yucca sebagai agen rahasia yang menangani kasus berat seperti ini.

Pasalnya, kelompok yang Toil pimpin adalah salah satu kelompok yang berbahaya. Kamu membenarkan semua hal yang Toil sempat ceritakan mengenai pekerjaannya yang tampak normal, tapi kamu tahu lebih dari itu.

Kamu tahu, ia tidak akan mungkin menceritakan dengan gamblang pekerjaan utamanya. Jangankan untuk menipu, menghabisi nyawa orang lain pun mereka tidak segan. Selain itu, minimnya bukti yang mereka tinggalkan, membuat polisi kesulitan untuk membekuk mereka.

Maka dari itu, tiga tahun belakangan ini kalian bertiga berhubungan sangat dekat dengan kelompok yakuza itu guna mengumpulkan bukti.

Dari awal, kamu sudah mengetahui risiko yang akan dihadapi. Terlebih ketika Yucca kembali ke rumahmu dalam keadaan pucat dengan tubuh penuh noda tanah sembari memegang perutnya yang berlumuran darah pada tiga tahun lalu. Tidak hanya itu, luka lebam turut menghiasi kulitnya dan beberapa bagian tubuhnya terkilir.

Kala itu, ia dan Changho mencoba meringkus Toil. Namun karena kurangnya informasi yang mereka dapat, mereka bertindak terlalu gegabah sehingga keadaan berbalik menjadi bahaya bagi mereka berdua.

Changho yang terdesak mulai melepas tembakannya, naas tembakan itu malah mengenai Yucca yang saat itu dijadikan tameng oleh seorang pria botak berbadan besar yang entah siapa namanya.

Untungnya tembakan itu tidak mengenai bagian vital, tapi tetap saja, Yucca kehilangan banyak darah. Sebuah ide muncul, ia berpura-pura hampir mati saat itu.

Kelompok yakuza yang tidak ingin terjerat kasus merepotkan, akhirnya membawa tubuh Yucca masuk ke dalam mobil hitam lalu membuangnya ke jurang.

Ngeri sekali jika Yucca sudah bertaruh seperti itu. Karena yang ia taruhkan adalah nyawanya sendiri.

Awalnya, Changho merasa kesal sekali pada dirinya sendiri. Namun setelah Yucca pulih, ia menyelinap ke pondok dimana Changho disekap agar ia berhenti merasa bersalah dan fokus akan tugasnya.


Changho mulai mengeluarkan pisau lipat yang semula ia simpan dalam saku celananya.

“Changho..” ujarmu ragu.

“Kalo besok gua gak bisa nyusul lu sama Yucca hidup-hidup, kalian temuin orang berbadan besar dan potongan rambutnya rapi. Namanya Pateko. Akan gua titipin beberapa file ke dia, dan passwordnya cuma lu sama Yucca yang tau”

Sedih mendengarnya berkata seperti itu. Ah, lebih tepatnya kamu benci mendengar kata-kata yang seperti perpisahan begitu.

“Lu pasti bisa. Jangan ngomong gitu” balasmu dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

“Kita harus nyiapin skenario terburuk, kan? Biar semuanya lancar?” ujarnya sembari tertawa di paksakan.

Ia kembali berujar, “Sorry”.

Lalu ia mulai menodongkan pisau lipat padamu dan menjadikanmu sebagai tawanannya.

Setelah tiba dihadapan Toil yang rahangnya mulai mengeras dan wajahnya memerah, Changho berbicara pelan dari balik masker hitamnya.

“Gua tau kalian saling sayang. Tapi keadilan nomor satu kan?” bisiknya tenang.

“Gak perlu denial. Gua paham kok, gak mungkin tiga tahun nempel tapi gak ada rasa sayang yang tumbuh. Gua tau ini egois, tapi tolong.. jangan sampe perasaan itu bikin lu kehilangan fokus” sambungnya

Kamu hanya diam.

Sorry... Setelah ini, lu berhenti aja. Dan mulai kehidupan baru yang bahagia. Jangan ngelakuin hal bahaya kaya gini lagi.”

“Kalo nanti lu punya anak cucu, jangan lupa ceritain ke mereka.. kalo mereka punya uncle sekeren Changho.”

Demi Tuhan, kamu ingin sekali menutup mulutnya yang terus saja bicara ngelantur.


— Tbc


©️ gumigumiyuu