Right or Wrong part.2
Toil as yakuza AU x fem!reader (part 2)
⚠️ WARNING ⚠️
CW // knife
TW // yakuza , mafia , gangster , murder attempt , death threat , hostage
Suasana mencekam begitu kentara dalam restoran yang saat itu cukup ramai. Meski begitu, tidak ada seorang pun yang bertindak untuk menyelamatkanmu.
Bukan enggan, namun akan menimbulkan risiko yang tinggi jika bertindak sembrono saat itu. Bahkan, Toil pun tidak bergeming di hadapan lelaki misterius itu.
Sebenernya, Toil bisa saja mengeluarkan senjata yang ia simpan di dalam saku celananya dan melumpuhkan lelaki misterius ber-hoodie hitam itu detik itu juga.
Namun, ia mengurungkan niatnya ketika menyadari banyaknya pengunjung restoran yang tampak ketakutan menyaksikan kejadian mengerikan itu dari kejauhan.
Ia tidak ingin membuat situasi semakin kacau. Selain itu, ia sadar betul bahwa dirinya bukanlah seorang yang kebal hukum. Jika ia bertindak sesuka hatinya, bisa saja ia terseret dalam masalah yang lebih rumit.
Terlebih, ia tidak ingin membuatmu ikut terseret dalam masalahnya lebih jauh lagi.
Jadi, ia berusaha mengulur waktu sebisa mungkin sampai ketiga anak buahnya tiba.
“Oke. Oke. Turunin senjata lu dulu” ujar Toil sembari mengangkat kedua tangannya, sebagai pertanda bahwa ia tidak akan melakukan perlawanan.
Namun, lawan bicara yang ia hadapi tampak enggan mengikuti titahnya.
“Urusan lu itu sama gua, bukan sama dia” ujar Toil sekali lagi.
“Nyawa dibalas nyawa” balas lelaki itu dingin.
Kamu terkesiap mendengarnya. Segala pikiran buruk mulai menghinggapi pikiranmu.
Sebenarnya apa yang pernah Toil perbuat hingga lelaki misterius itu sebegitu nekatnya ingin balas dendam?
Toil tidak bicara banyak saat itu, ia hanya berdiri sembari berlagak tengah berpikir keras layaknya seorang detektif yang ingin memecahkan masalah rumit.
Bukan, ia tidak memikirkan rencana hebat untuk menyelamatkanmu. Dia hanya berusaha mengingat kejadian 3 tahun lalu.
“Uhm, kenapa gua yang harus ngebales nyawanya?” tanya Toil pada akhirnya.
Mendengar pertanyaan itu, lelaki misterius yang menyanderamu tampak kesal. Bahkan cengkraman tangannya pada bahumu terasa makin kencang.
Kamu hanya bisa merintih saat itu.
“Karena itu salah lu! Toil! Lu yang bikin adek gua satu-satunya meninggal!” seru lelaki itu dengan geramnya.
Lututmu makin lemas mendengarnya.
Menurutmu, Toil bukanlah seorang pria keji yang tega menghabisi nyawa orang lain.
Memang benar, dia merupakan seorang ketua Yakuza yang memegang salah satu wilayah di Korea Selatan. Titel yang ia dapat sebagai ketua Yakuza membuat pandangan masyarakat sangat buruk padanya. Padahal, ia belum tentu seperti apa yang mereka katakan.
Salah jika beranggapan bahwa pekerjaan yang dilakukannya itu kotor dan kasar. Toh, ia tidak pernah menipu, memeras, maupun menjual barang-barang illegal.
Toil menceritakannya padamu.
Kekayaan yang ia peroleh adalah hasil dari beberapa bar, hotel, dan hunian sewaan yang ia jalankan selama ini. Ia tidak akan melakukan tindakan bodoh yang akan membuatnya berurusan dengan polisi.
Katanya, “Repot berurusan sama polisi, apalagi pemerintah. Jadi, gua main aman aja”.
Kamu cukup yakin bahwa ia tidak akan berbohong, karena ia tidak pernah membohongimu sekalipun.
“Lu harus bayar itu dengan harga setimpal!” lelaki ber-hoodie hitam itu kembali berujar.
Namun, Toil malah terkekeh mendengarnya.
Bagaimana bisa ia tertawa padahal nyawamu sedang dipertaruhkan disini?
Dengan gerakan yang sangat natural, Toil mulai mengangkat tangan kanannya dan menggerakkan jarinya.
Rupanya, itu adalah kode agar ketiga anak buahnya yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang lelaki yang menyanderamu itu, bertindak untuk meringkusnya.
Kamu tidak menyadari kehadiran mereka karena sibuk mencemaskan dirimu sendiri. Bahkan, lelaki ber-hoodie hitam itu pun tidak menyadarinya.
Sebilah pisau tajam yang tadinya hanya berjarak satu inci dari lehermu, kini berhasil dijatuhkan dan diamankan oleh salah seorang anak buah Toil. Sementara dua lainnya sibuk memegangi lelaki yang tadi menyaderamu.
Tubuhmu yang sudah bebas dari cengkraman lelaki tadi mulai terhuyung. Lututmu terasa lemas sekali, sepertinya ini adalah efek dari kecemasan dan ketakutan berlebihan yang sempat kamu alami tadi.
Beruntung, Toil segera menangkapmu dan membawamu kedalam dekapannya.
Melihatmu yang masih gemetar, ia tahu betul betapa takutnya dirimu. Ia mengelus kepalamu guna menenangkanmu.
“Luka gak? Ada yang sakit gak?” tanyanya.
“Engga” jawabmu lirih.
Matanya yang sedari tadi menatapmu yang berada di dekapannya, kini beralih pada lelaki ber-hoodie hitam yang juga memakai masker dengan warna senada itu.
“Harusnya lu masih inget! Dia meninggal di tangan lu sendiri!” ujar Toil dengan penuh penekanan.
Sedari tadi ia tidak banyak bicara dan berlagak bingung, semata-mata untuk mengulur waktu dan melindungimu.
“Lu sendiri yang nembak dia pake pistol yang saat itu harusnya lu pake buat ngehabisin gua!” sambung Toil.
“Gak! Itu salah lu! Harusnya bukan dia yang—” bantah lelaki misterius tadi, namun mulutnya segera dibekap oleh salah seorang anak buah Toil. Orang itu akan semakin banyak bicara jika tidak dihentikan.
Setelah memerintahkan ketiga anak buahnya untuk membawa lelaki ber-hoodie hitam tadi kembali ke markas mereka, Toil membawamu pergi dari restoran itu.
Sesampainya di mobil, Toil kembali menanyai kondisimu.
“Gue gapapa, To. Ga ada yang luka juga kok” ujarmu.
“Tapi gua khawatir. Kita mampir rumah sakit dulu ya, buat periksa” bujuknya.
Kamu menggeleng pelan, yang kamu inginkan saat itu adalah kembali ke rumah. Meski kencanmu akan berakhir jika kamu memutuskan untuk pulang.
Sayang, tampaknya kencanmu saat itu berakhir kacau. Mengingatnya membuatmu menghela napas tanpa sadar.
Tapi, Toil cukup peka dengan hal itu.
“Hari ini gua nginep di rumah lu ya. Gua gak mau kejadian kaya tadi nimpa lu lagi” ujarnya.
Ia tampak berpikir sebentar, lalu kembali bicara.
“Gak, gua gak modus! Tenang aja! Gua bisa tidur di sofa, di lantai juga bisa!”
Kamu tertawa melihat wajahnya yang tampak salah tingkah.
“Tapi gua ga punya banyak makanan di rumah” ujarmu.
“Santai. Nanti kita beli di jalan” balasnya, lalu mulai menyalakan mobilnya.
—Tbc
©️gumigumiyuu