Putusan Akhir


Suasana mencekam sangat terasa dalam ruang tamu pada malam itu. Dua orang anak manusia yang dipenuhi rasa cinta pada hatinya, kini harus termangu memikirkan hubungannya yang berada di ujung tanduk.

Hubunganmu dengan Yuuta tidak menemui masalah, hanya saja kakak lelaki dan paman dari kekasihmu bersikukuh tidak memberikan restu. Entah apa yang membuat mereka begitu keras kepala seperti itu.

“Bang Suguru, maaf Nori nggak cerita. Soalnya itu kan urusan pribadi (y/n), jadi Nori nggak bisa ikut campur. Tapi, Nori tetep mantau kok mereka kalo ketemuan di mana, pergi ke mana, dan ngapain aja. Mereka lapor dan ngasih bukti ke Nori,” ujar Noritoshi membuka suara.

sreekkkk

Gojo menyimak sembari membuka beberapa bungkus makanan ringan. Sedangkan kamu dan yang lainnya menyimak dengan tenang.

Noritoshi kembali berujar, “Nori juga liat Yuuta bisa bikin (y/n) bahagia dan bisa numbuhin rasa percaya diri (y/n) yang sempet ilang.”

“Maksudnya?” sahut Suguru.

“Yuuta bisa mengapresiasi (y/n) dengan baik. Dari hal remeh kaya (y/n) yang bikinin Yuuta churros gosong aja dia apresiasi.” jawab Noritoshi, membuat Suguru mengernyitkan dahinya.

Yuuta mengingat kejadian yang terjadi pada kencan ketiga kalian. Kamu membuatkannya makanan yang dibuat dengan penuh cinta.

Walau makanan yang kamu buat terlihat seperti camilan dari neraka, Yuuta tetap memakannya sampai habis agar membuatmu senang.

“Gimana? Enak ga?” tanyamu pada saat itu.

“Enak banget, soalnya kamu yang buat. Tapi aku lebih suka makanan yang dimasaknya gak terlalu lama,” jawab Yuuta dengan hati-hati.

“Maaf, Yuuta. Aku ga tau kalo kamu sukanya yang kaya gitu. Nanti aku belajar bikin lagi, biar sesuai sama yang kamu suka!” ucapanmu membuatnya bernapas lega. Karena ia tidak membuatmu tersinggung akan ucapannya.


“Sebenernya Abang Abang ini ada masalah apa sih sampe ngotot nggak mau ngasih mereka restu?” tanya Noritoshi yang penasaran.

“Gojo pernah pacaran sama sahabat Bang Suguru, Ri. Tapi dia tetep caper sana-sini dan deket sama cewek lain. Itu bikin sahabat Abang sakit hati, tapi dia pendem soalnya dia sayang banget sama Gojo,” Suguru menghentikan ucapannya sejenak.

“Nggak lama, Gojo malah mutusin sahabat Abang tanpa alasan yang jelas. Sampe bikin temen Abang itu sakit seminggu, dan nilai-nilai akademisnya turun. Padahal dari awal Abang tuh udah ngewanti-wanti dia biar nggak usah pacaran, apalagi sama Gojo.” sambungnya.

Yuuta menatap pamannya yang kini tengah memakan nastar dengan tatapan tidak percaya.

“DDD. Diem diem dakjal!” batin Yuuta.

“Makanya Bang Suguru nggak mau adek Abang pacaran sama sodaranya Gojo, takut sama brengseknya kaya Gojo. Abang nggak mau adek kesayangan Abang satu-satunya ini disakitin orang.” ujar Suguru sembari mengacak rambutmu, membuat air matamu meleleh.

“Tapi kan Yuuta beda, dia ga kaya gitu,” balasmu sembari menatap wajah Suguru dengan penuh harap.

Gojo mengelap jari-jarinya dengan tisu yang ada di meja sebelum akhirnya berbicara, “Sorry, udah bikin lu sakit hati karena sikap gua ke sahabat lu, Sug.”

“Jujur, gua dulu gak tau kalo kalian sahabatan. Dan itu pun kejadian udah lama, udah 7 tahun yang lalu! Itu gua masih dimasa-masa labil dan haus atensi sama pengakuan dari orang-orang.” jelas Gojo.

Memang benar, semasa awal ia kuliah dulu, dia memang mahasiswa tampan dan kaya yang haus atensi. Bahkan, ia sampai bergabung dengan kelompok berandal kampus yang sangat dikenal, tidak hanya oleh pelajar disana, tapi oleh pelajar dari kampus lain.

Bagi mereka, dikelilingi banyak wanita akan membuatnya tampak keren, sehingga Gojo pun turut mengikutinya.

“Tolong maafin Om saya, Bang. Yuuta janji nggak akan nyakitin (y/n) dan nggak akan bikin (y/n) netesin air matanya karna Yuuta.” ujar Yuuta sembari bersimpuh di hadapan Suguru, membuat Suguru terkejut.

“Bangun! Ngapain pake bersimpuh segala? Emangnya saya bapak kamu?” titah Suguru.

“Yuuta gak akan bangun sebelum Abang restuin kami,” kukuhnya.

Gojo pun tidak tinggal diam, “Tolong, Sug. Keponakan gua rada cupu. Jangankan nyakitin cewek, kakinya kepentok meja aja dia yang minta maaf ke mejanya!” ujar Gojo.

“Bang..” rengekmu.

Suguru masih bungkam. Sedangkan Noritoshi sudah hampir tertidur menyaksikan drama keluarga ini.


“MODUS”