Panik
07.05
Kamu dan Sukuna masih enggan beranjak dari kasur yang nyaman. Sesekali Sukuna menepikan rambut yang sedikit menutupi wajahmu.
“Mau sampe kapan meluknya?”
“Kenapa? Ga suka aku peluk?”
“Kamu meluknya dari semalem loh. Gak pegel?”
“Pegel...”
“Makanya, lepas dulu. Aku gak bakal kemana-mana kok”
Jujur saja, memeluk seseorang saat tengah hamil besar sangatlah tidak nyaman. Tapi mau bagaimana lagi? Kamu terlalu takut untuk melepas Sukuna. Bagaimana jika kejadian semalam saat kamu terjebak di dalam kamar mandi terjadi lagi?
“Ga mau lepas. Takuttt!”
“Takut kenapa? Kamu semenjak keluar dari kamar mandi jadi begini. Ada apa sih?” Sukuna penasaran karena kamu belum menceritakan apapun.
“Semalem kamu kok nyadar kalo aku ga ada di kamar?” Kamu malah balik bertanya.
“Semalem denger bunyi gedoran pintu, kenceng banget. Aku pikir ada maling. Jadi aku bangun, tapi kamu ga ada di sebelahku. Panik lah, jadi aku langsung lari ke sumber suara. Takut kamu kenapa-kenapa.”
“BUKAN DIGEDOR LAGI, ANJROT! TAPI DIDOBRAKKKK” batinmu.
“Kalo aku kekunci di dalem kamar mandi, kamu bakal ngapain? Langsung ngedobrak pintu?” Kamu masih ingin memastikan sesuatu.
“Ngaco. Bahaya tau main dobrak-dobrak gitu. Kalo kena kamu gimana?”
“Palingan aku buka paksa pake linggis” tambahnya.
Kamu tidak membalasnya.
“Tuh kan, semalem bukan Una. Untung gue diemin aja.” batinmu.
“Kenapa? Kok tiba-tiba nanya gitu?” Tanyanya.
”...semalem pas lagi di kamar mandi, tiba-tiba mati lampu. Aku manggilin kamu berkali-kali”
“Aku gak denger kamu manggil” potong Sukuna.
“Ish. Dengerin dulu”
“Iya iyaa. Terus akhirnya aku dateng?”
Kamu menarik napas panjang sebelum melanjutkan ceritamu.
“Iya, ada yang dateng. Suaranya persis kamu, tapi yang dia tanyain tuh bayi yang aku kandung doang. Aku ngerasa aneh, akhirnya aku diemin. Abis itu dia malah berusaha ngedobrak pintu..”
“Aku gak ngedobrak pintu” bantahnya.
”....emang bukan kamu. Tapi suaranya sama persis kaya kamu”
“Serius? Jadi bunyi yang aku denger itu.. itu?” Sukuna terkejut mendengar ceritamu.
Kamu hanya mengangguk.
Pasalnya, rumah yang kalian huni saat ini hanya ditinggali oleh kalian berdua. Jika itu perampok, harusnya ada jejak yang tertinggal kan?
Tapi nyatanya tidak ada jejak apapun, bahkan pintu dan jendela masih terkunci dan tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda kerusakan akibat dibuka secara paksa.
“Serius! Lutut aku rasanya lemes banget, sampe ga kuat buat berdiri”
Sukuna segera merengkuhmu.
“Maaf, yaa.. semalem aku gak denger kamu manggil. Jangan takut lagi, aku gak akan kemana-mana”
08.18
“Hey, sarapan dulu” ujar Sukuna yang tangannya tengah kamu jadikan bantal.
“Ga laper”
“Tapi baby kita laper. Nanti dia nangis loh kalo kamu gak makan.” bujuknya.
Kamu tidak menjawabnya.
“Aku bikinin nasi goreng, mau?”
“Mau. Tapi aku ikut”
Sukuna hanya tertawa dan mengetuk dahimu pelan.
“Hahahaha ngapain? Gak usah. Kamu disini aja, istirahat. Kamu aja masih lemes gini”
“Gamau, takut” rengekmu.
“Sebentar doang”
”...yaudah, kamu bikin roti aja”
“Lama dong? Belom bikin adonannya, resting, terus di oven dulu” ia malah menggodamu.
“Ish. Maksudnya roti tawar gitu kamu olesin selai aja, biar cepet”
“Hahahaha iyaa. Tunggu ya”
“Jangan lama-lama! Satu menit aja!”
“Satu menit mah aku baru selesai cuci tangan doang”
“Gamau tau! Pokoknya jangan lama-lama!”
“Iyaa, sayang” balasnya sebelum berlari menuju dapur.
08.21
Kamu hanya berbaring di ranjang selama menunggu Sukuna membuatkanmu roti untuk sarapan.
Sesekali kamu juga mengajak bayi yang berada di dalam perutmu mengobrol, meskipun hanya kamu yang bicara.
“Kamu laper ya? Sabar yaa, papa Una lagi bikin sarapan buat kita” ujarmu sembari mengelus perutmu.
KREAK
Seketika kamu mengehentikan aktifitasmu dan mulai melihat sekeliling kamarmu.
“Perasaan gue doang kali ya?”
KREAAKK
Lagi-lagi kamu mendengar suara ranjangmu seolah ada yang bergerak atau duduk diatasnya.
“PLIS... GUE GA GERAK SAMA SEKALI, MASA BUNYI???”
Kamu berusaha mengabaikannya.
“Kalo bunyi lagi, berarti beneran ada yang ga beres. Kalo ga bunyi, berarti tadi bukan apa-apa”
KREEEEAAKKKK
Suara itu kembali terdengar, kamu pun segera memanggil nama suamimu dengan sekuat tenaga.
“UNAAAAAAA— ARRGHHH”
Saat memanggil namanya, tiba-tiba kamu merasakan sakit yang luar biasa pada perutmu.
“UNAAA—”
CEKLEK
Sukuna yang baru saja memasuki kamar dengan membawa nampan berisi beberapa potong roti, buah, dan susu dihadapkan dengan pemandangan yang mengerikan.
Bagaimana tidak? Ia melihatmu bersimbah darah dengan air mata yang membanjiri wajahmu.
Ia segera meletakkan nampan itu di atas meja dan menghampirimu.
“Una... sakit..”
“Atur napas, aku ambil tas sama kunci mobil. Kita ke rumah sakit”
Ia panik, tapi berusaha tenang dihadapanmu. Untung saja kamu telah menyiapkan tas darurat yang berisi kebutuhanmu dan bayimu ketika melahirkan.
”...arrghh.. Unaa..”
“Pegangan. Pegangan aja sama aku. Tahan sebentar yaa”
Sukuna segera menggendongmu dan membawamu ke rumah sakit terdekat.
“When you are alone”