Merry Go Round
“Yuuji nginep disini aja ya?” ujarmu, berusaha menahan keponakanmu yang masih berusia tiga tahun itu agar tidak pulang.
Kamu dan suamimu, Nanami Kento, sangat menyukai bocah itu. Tidak hanya karena penampilannya yang terlihat sangat menggemaskan, namun kepolosan dan senyumnya yang ceria mampu membuat hati kalian dipenuhi kehangatan.
“Yuuji mau jalan-jalan sama uncle kan? Yuuji katanya mau naik komidi putar sama uncle dan aunty?” tanya Nanami Kento.
Sedangkan bocah yang ditanya mulai menengadah; menatap ayahnya yang tengah menggendongnya dengan penuh harap. Yuuji adalah anak yang sangat ekspresif, keinginannya dan isi hatinya tergambar dengan jelas melalui sorot matanya.
“Yuuji mau nginep di sini?” tanya Sukuna pada akhirnya.
Yuuji hanya mengangguk sembari memainkan kancing kemeja ayahnya.
Sukuna kembali bertanya, “Yuuji gak mau pulang sama papa?”
“Uji mau naik wuing wuing sama uncle Nanamin...” balas Yuuji.
“Kalo mau di sini, gak boleh nakal loh,” ucap Sukuna.
“Uji ndak nakal!”
“Gak boleh nangis juga,” sambung Sukuna.
“Uji ndak nangis!”
Kamu dan Nanami hanya terkekeh menyaksikan Sukuna yang tengah berinteraksi dengan anak lelakinya.
“Janji? Kalo Yuuji gak nepatin janji, nanti hidungnya ilang,” ucap Sukuna.
Mendengar itu, Yuuji segera menutupi hidungnya dengan kedua tangannya yang mungil.
“Uji ndak mau ilang!” serunya.
“Yaudah, berarti Yuuji harus nepatin janji.”
Yuuji mengangguk sembari menjawab ucapan ayahnya, “Uji janji!”
“Abang nitip Yuuji yaa. Lusa abang kesini lagi buat jemput Yuuji,” ujar Sukuna sembari menurunkan Yuuji dari gendongannya. Sedangkan Yuuji segera berlari menghampiri Nanami, lalu berdiri di sebelahnya sembari memegangi celana panjang yang tengah Nanami kenakan.
“Dadah, papah!” seru Yuuji sembari melambaikan tangan mungilnya dan memamerkan deretan gigi susunya.
“Dadah~” balas Sukuna, ikut melambaikan tangannya.
Setelah ayahnya pergi, Yuuji bertanya padamu dan Nanami perihal rencana jalan-jalan yang Nanami janjikan.
“Uji bisa naik wuing wuing sekarang?” tanyanya.
“Besok, Uiji. Sekarang kan udah malem, tempat wuing wuingnya udah tutup,” jawabmu.
“Uncle.. uncle bisa buka wuing wuingnya kan?” tanya Yuuji pada Nanami, membuat Nanami terkekeh mendengarnya.
“Bisa, tapi Yuuji harus tidur dulu sekarang. Kalo Yuuji nggak tidur, nanti wuing wuingnya nggak buka,” ujar Nanami.
Tidak lama, pintu rumahmu kembali terbuka dan menampilkan sosok Sukuna yang berdiri di ambang pintu, tampaknya ia ingin melihat anaknya lagi sebelum benar-benar pergi.
“Yuuji tidurnya jangan malem-malem ya!” ujar Sukuna, membuat yang di panggil sedikit tersentak. Lalu Yuuji berlari ke arah pintu.
“Yuuji mau ikut papa pulang?” tanya Sukuna.
Namun dugaannya salah, Yuuji malah berusaha menutup pintu dengan mendorongnya.
“Dadah, papah!” sahut Yuuji, seolah menegaskan agar ayahnya segera pergi.
“Yuuji kok ngusir papa?”
“Dadah!” balas Yuuji yang masih mendorong pintu.
Kamu dan Nanami hanya menyaksikan pemandangan itu dengan tawa mengembang di wajah kalian masing-masing.
“Lucu ya? Kalau nanti kita punya anak, apa mas akan begitu juga?” cicit Nanami.
Mendengar itu, kamu segera mengalihkan atensimu padanya. Lalu kamu lingkarkan kedua lenganmu pada perutnya, kemudian menatap wajahnya dengan senyum mengembang.
“Bisa jadi? Kayanya, mas nanti bakal jadi sosok ayah yang protective banget, apalagi kalau anak kita perempuan,” ujarmu.
“Sepertinya begitu,” sahutnya sembari membalas pelukanmu.
Dibalik ucapan kalian barusan, terselip doa dan harapan di dalamnya. Yakni harapan bahwa waktu dan takdir akan berpihak pada kalian berdua hingga menyaksikan Nanami Kento menjaga buah hatinya tidak hanya mimpi belaka.
“Time Limit”