Mahito dan Gojo part. 2


Setelah Mahito berhasil meloloskan diri, ia memasuki sebuah ruangan yang ternyata adalah gudang.

Ia bersembunyi dibawah kolong meja, berharap agar sosok menyeramkan tadi tidak akan menemukannya.

Setelah dirasa aman, ia mulai menghubungi Gojo.

“Emang ya, ni orang ngeselin banget! Ogah gua temenan sama Gosat!” batin Mahito.


Gojo berlari ke lantai atas. Tanpa pikir panjang, ia memasuki sebuah ruangan dan bersembunyi ke dalam lemari yang ada di sana.

Belum sempat ia mengatur napas, tiba-tiba..

krieeetttt

Mungkin ini sebuah karma karena meninggalkan Mahito sebelumnya. Pintu ruangan tempat ia bersembunyi tiba-tiba terbuka.

“INI MAHITO KAN? PASTI MAHITO KAN??” pikirnya.

Namun ketika ia melihat dari celah pintu lemari, ia melihat sosok bergaun merah tadi berdiri persis di depan lemari. Bahkan mata mereka sempat bertemu.

“Khekhekhekhekhe ketemu..”

Sekujur tubuh Gojo mulai merinding, ia pun mulai merapalkan doa.

ALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QOYYUUM. LA TA'KHUDZUHUU SINATUWWALAA NAUM... ASTAGHFIRULLAH ASTAGHFIRULLAH LUPA LANJUTANNYA APAAN”

“Lahuu maa fissamaawaati..”

“OIYA!! LAHUU MAA FIS—” seketika ia teringat sesuatu.

“OASU! KOK MALAH DIA LANJUTIN SIE??” batin Gojo.

Ia pun memutuskan untuk membuka pintu lemari dengan kuat, lalu berlari entah kemana.


Mahito tengah sibuk menghubungi Sukuna, bahkan ia juga menghubungi Geto serta Shoko via DM untuk segera datang dan meminta mereka untuk membawa beberapa Ustadz guna mengusir sosok yang sedari tadi mengganggunya.

tak.. tak.. tak.. tak.. tak..

“Jangan kesini anjir. Plis! Gua mohon!” Batin Mahito.

tak.. tak.. tak.. tak.. tak..

“Ada.. di dalam ya..? Khekhekhekhe”

Mahito menutup mata dan telinganya rapat-rapat.

GRRRKKK GRRKKK GRRKKK

Kini mulai terdengar suara cakaran pada pintu berbahan kayu yang menutupi gudang, tempat Mahito bersembunyi.

“Di.. dalam.. kan?” tanya sosok itu.

Mahito yang ketakutan masih tidak bergeming.

Suara itu pun akhirnya menghilang. Namun..

“Ketemu.. khekhekhekhe”

Mahito terlonjak kaget mendengarnya. Ketika ia membuka mata, ia melihat sosok itu tengah membungkuk di hadapannya.

“Bayiku... di sana.. ya?” tanyanya sembari menunjuk perut Mahito dengan jarinya yang berkuku tajam.

Rasa takut yang teramat sangat membuatnya tidak berkutik. Tubuhnya tidak bisa digerakkan dan merasa dingin seolah tengah berada di tengah salju.

Untungnya, seseorang yang sedari tadi membuatnya kesal tiba-tiba membuka pintu gudang dengan heboh.

“TO! SETANNYA DIATAS, TO! AYO, KABUR SE—” ucapan Gojo terhenti ketika melihat sosok bergaun merah yang tadi menemukannya tengah menunduk di depan Mahito.

Mahito terlihat pasrah dan nyaris pingsan.

Tanpa pikir panjang, Gojo memejamkan mata dan segera menarik lengan Mahito yang lemas layaknya cakwe.

Ia terus mensugesti dirinya sendiri, bahwa sosok bergaun merah itu adalah karpet agar tidak merasa takut.

Namun, tangan dingin mulai mencengkram lengan Gojo dengan kuat. Saking kuatnya, kuku tajam sosok itu sampai menusuk kulit lembut milik Gojo.

Ia berpikir bahwa ia harus melawan, jika ia terus merasa takut.. mereka berdua akan berada dalam bahaya.

Ia pun mulai berdoa dan mengayunkan tangannya yang lain dengan membabi buta. Ya, ia masih memejamkan mata sehingga tidak tahu apakah ayunan tangannya mengenai sosok itu atau tidak.

Cengkraman pada lengannya mulai mengendur. Ia segera menarik lengannya dan membawa Mahito keluar dari gudang.


“SADAR, TO! KITA HARUS CEPET LARI DARI SINI!” teriak Gojo sembari menepuk-nepuk wajah Mahito dengan sembrono.

“SAKIT, ORGIL!!”

“MAKANYA SADAR! BISA LARI GA LU?”

Mahito hanya mengangguk.

Mereka pun berlari memasuki mobil Sukuna yang tadi telah mereka gunakan.

“PEGANGAN! GUA MAU NGEBUT!” titah Gojo yang mulai mengemudikan mobil.

“TANGAN LU BERDARAH, JO!”

“PERUT LU JUGA TUH, BERDARAH. MANA BAJU LU ROBEK KAGA JELAS GITU.”

“KITA HARUS KE RUMAH SAKIT SEKARANG!! SEKALIAN NYURUH SUKUNA SAMA ISTRINYA PINDAH DARI SINI” ujar Mahito.

“HARUS PINDAH LAH! GILA, TANGAN SAMA KAKI GUA MASIH GEMETERAN” keluh Gojo.


“When you are alone”