Lunch Break
Kamu meregangkan tubuhmu yang terasa kaku akibat berjam-jam kamu duduk menatap layar monitor.
Saat ini kamu hanya seorang diri di dalam ruangan, Pak Ijichi tengah mengikuti rapat internal di gedung kantor cabang lain sejak pagi.
Kamu mulai beranjak dari tempat dudukmu lalu mengunci pintu ruanganmu sebelum kamu pergi keluar untuk mencari makan siang.
Langkah kakimu berhenti di depan ruangan staff marketing yang pintunya sedikit terbuka.
“Hai! Makan siang yuk” ujarmu sembari membuka pintu agar lebih lebar.
“EH! Siniii, makan siang bareng kita” ujar Mai
“Miwa gatau ini dalam rangka apa, tapi Miwa dibawain bekelnya banyak banget”
“Bagi lauk bisa nih” celetuk Momo.
“Ambil ajaa”
“Ini pada bawa bekel semua ya? Mai, lu bawa juga?” tanyamu.
“Iya, nih. Tumben banget emak gua nyiapin bekel. Sini, makan berdua aja sama gua” bujuknya.
“Ga usah lah, nanti lu ga kenyang. Gue lagi pengen makan yang berkuah-kuah hahaha” balasmu.
“Eh, gua ngikut aja kali ya? Lu makan yg lu pengen, gua makan bekel” lagi-lagi Mai mengajukan saran.
“Hahahaha ga usahhh, lu makan aja disini. Oiya, kak Geto udah balik belom?”
“Belom.”
Biasanya, kamu akan keluar mencari makan siang bersama Mai atau Geto. Nampaknya kali ini kamu akan makan sendirian.
Begitulah pikirmu sebelum Naoya muncul entah dari mana.
“Oi” panggilnya dekat dengan telingamu, yang sukses membuatmu terkejut.
“Apaan si, kak? Ngagetin ajaa!”
“Mau kemana?” tanyanya yang kini berjalan sejajar denganmu.
“Nyari makan”
“Kemana?”
“Luar”
“Gak ke kantin?”
“Ga, lagi pengen makan yang lain”
“Oh”
“Lu ngapain kak ngikutin gue?” tanyamu yang heran karena dia terus berjalan di sebelahmu.
“Ge'er! Gua mau nyari makan juga lah. Masa ngikutin lu?”
“Yehh, yaudah”
Kini kamu tengah menikmati makanan yang telah kamu pesan di salah satu meja yang kosong, dan jangan lupakan Naoya yang duduk di hadapanmu dengan menu makanan yang sama sepertimu.
“Kak, lu mesen soto juga?” tanyamu basa-basi.
“Iya. Lagi pengen yang kuah-kuah”
Kamu hanya mengangguk mendengarnya.
Kamu mulai menambahkan sambal dan kecap ke dalam mangkukmu. Naoya memerhatikan gerak-gerikmu lalu ikut memasukkan keduanya ke dalam mangkuknya.
Merasa sedikit janggal, tanpa sadar dahimu mengernyit.
“Dia ngikutin gue ga sih?” batinmu.
Kamu mulai menambahkan perasan jeruk nipis ke dalam mangkuk sotomu, lagi-lagi Naoya ikut melakukannya.
Ia mengaduk pelan soto yang telah ia racik lalu mencicipinya dengan sendok stainless yang ia pegang.
“Hmmm..” gumamnya sembari mengangguk pelan.
Nampaknya ia merasa puas dengan rasanya.
“Enak kan?” tanyamu.
Naoya hanya mengangguk dan fokus dengan kegiatan makannya.
“Hahaha lu tuh kaya orang yang ga pernah makan ginian aja sih, kak” ujarmu spontan karena melihatnya makan dengan khusyu'.
Mendengar komentarmu, ia tersedak kuah soto yang tengah ia nikmati.
“Minum, kak. Makanyaaa, santai aja makannya. Jam istirahat kita masih lumayan lama kok”
“Lu berisik. Orang lagi makan malah diajak ngobrol” balasnya yang masih terbatuk-batuk.
“Iyaa, maaf. Gue diem aja deh”
“Biasanya lu kesini sama siapa?” tanya Naoya memecah keheningan.
”...”
“Kalo ditanya tuh jawab”
“Gimana sih? Tadi katanya suruh diem kalo lagi makan”
“Iya sih..”
“Kadang gue kesini sama Mai atau kak Geto. Yang lain pada bawa bekel”
“Anak redaksi lain kan banyak, gak cuma Geto”
“Gue ga deket-deket banget sama yang lain”
Naoya hanya ber-oh ria sebelum kembali bertanya.
“Geto itu pacar lu?”
Kamu tertawa mendengar pertanyaannya.
“Engga. Dia tuh kaya abang gue sendiri, kak. Hahahahaha bisa-bisanya lu nanya kaya gitu”
“Oh, gua liatnya kalian deket banget. Jadi, gua kira kayak gitu”
“Enggaa hahahaha”
“No Silhouette”