Late Night



—Nanami Kento x fem!reader


Bunyi papan ketik terdengar memenuhi penjuru ruang tidurmu, membuatmu jengah sekaligus kesal mendengarnya. Bukannya kamu egois, tapi wanita mana yang tidak jengah jika suaminya sampai selarut ini masih saja bemesraan dengan komputer yang ada di hadapannya, sedangkan istrinya sendiri tidak ia hiraukan.

“Dia lupa kalo udah punya istri apa gimana sih?” batinmu.

Sebenarnya, kamu belum lama ini telah dinikahi oleh seorang pria yang beberapa tahun lebih tua darimu. Pria itu bernama Nanami Kento.

Masa perkenalanmu dengannya terbilang cukup singkat, namun itu sudah cukup meyakinkanmu untuk menjalani bahtera rumah tangga bersamanya.

Pertama, ia seseorang yang lebih dewasa dan berwawasan luas; sehingga mampu membimbingmu dan dapat bersikap lebih bijak ketika hubunganmu dengannya dilanda masalah. Kedua, dia adalah seorang pria yang sangat pekerja keras dan bertanggung jawab; sehingga kamu tidak perlu khawatir perihal materi, karena ia selalu mencukupi semua kebutuhanmu. Ketiga, ia merupakan anak tunggal dengan orang tua yang sangat baik dan tidak banyak menuntut, bahkan mertuamu itu memperlakukanmu layaknya putri mereka sendiri.

Tentu, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Nanami Kento juga memiliki kekurangan, salah satunya adalah “tidak peka”. Ah, dia juga sangat kaku; bersikap romantis tampaknya hal yang sangat sulit untuk ia lakukan. Tapi kamu dapat memakluminya karena ia belum pernah berpacaran sebelumnya, karena waktunya ia habiskan untuk mengejar karir dan memenuhi kebutuhan keluarganya.

Merasa terabaikan, kamu pun berdehem pelan; berharap dapat menarik atensinya padamu. Tampaknya yang kamu lakukan barusan sukses, karena berhasil membuat suamimu itu menoleh.

“Kamu belum tidur?” tanyanya.

“Kan masih nungguin mas,” jawabmu.

“Kalau kamu udah ngantuk, tidur aja. Mas masih harus nyelesaiin ini,” balasnya, lalu kembali menatap layar monitor yang ada di mejanya.

“Emang itu harus jadi besok?” tanyamu.

“Engga, masih buat lusa. Tapi mau mas selesaikan dulu, biar nggak numpuk.”

“Tapi kan besok masih bisa dilanjut..”

“Besok mas ada meeting, mau ngerjain yang lain juga. Takutnya ini nggak kepegang,” ujarnya.

Tanpa menunggu responmu, ia kembali berbicara, “Sebentar lagi selesai. Kamu tidur duluan aja.”

“Aku tungguin,” jawabmu.

“Hm? Oke..” balasnya sembari menganggukkan kepalanya pelan.


Waktu berlalu, kini suamimu sudah berbaring di ranjang, tepatnya berada di sisi sebelahmu. Namun, kamu masih saja merasa jengkel sembari menatap langit-langit kamarmu.

”Harusnya sekarang cuddle gitu ga sih?? Mesra-mesraan sambil ngobrol gituuuu.” batinmu.

“Kamu nggak tidur? Katanya tadi nungguin mas? Ini mas udah di sebelah kamu,” tanya suamimu, Nanami Kento.

“Hehehe iyaa, mas. Ini mau merem kok,” jawabmu.

”Geregetan banget gueeee!! Masa gue duluan yang mulai? Kan maluuuuuu!!” serumu dalam hati.

Yaa... tampaknya hati dan pikiranmu tidak sejalan kali ini.

“Kayanya gerah banget deh? Lepas aja kali ya?” ujarmu sembari melepas satu persatu kancing piyamamu dan sesekali melirik kearah suamimu. Sebenarnya, itu hanya akal-akalanmu saja untuk menggodanya.

Namun, dengan gesitnya Nanami segera mengambil remot AC lalu menurunkan suhunya hingga mencapai 18 derajat celcius.

“Sekarang gimana? Udah dingin kan?” tanyanya.

“Lumayan...” jawabmu seadanya sambil mengancingkan kembali piyamamu dengan rasa malu, lalu beberapa menit kemudian menyelimuti tubuhmu dengan selimut tebal.

“Mas... kamu ga kedinginan?” tanyamu pada akhirnya.

“Dingin, tapi nggak apa-apa. Daripada kamunya kepanasan,” balasnya.

“Aku udah ga gerah kok, sekarang malah kedinginan,” ujarmu yang sudah menggigil sampai merinding rasanya.

“Oh, yaudah. Suhunya mas naikin lagi yaa..” ucap Nanami Kento.

“Iyaa...”

“Masih kedinginan?” tanyanya.

“Masih..” jawabmu pelan.

“Mau mas peluk?” tanyanya sekali lagi, membuat jantungmu berdebar hebat.

“MAU LAHHHH!!!” serumu yang langsung mendekat lalu memeluknya dengan erat.

Ia terkekeh pelan sembari memelukmu, dan sesekali tangannya menepuk-nepuk pucuk kepalamu dengan lembut.

“Kamu hari ini kenapa? Perasaan mas aja, atau kamu sikapnya emang aneh?” Nanami kembali melontarkan pertanyaan yang sedari tadi mengusiknya.

“Mas nyebelin!” cicitmu.

“Kok nyebelin?” tanyanya yang mulai bingung. Pasalnya ia merasa tidak berbuat hal-hal yang menyebalkan padamu.

“Mas ga peka!”

“Nggak peka gimana?”

“Pokoknya ga peka!”

“Iyaa, iyaa.. Maafin mas yaa, sayang. Lain kali, kamu langsung bilang aja kalau mau sesuatu. Mas kan nggak tau kalau kamu nggak bilang,” ujarnya dengan nada rendah.

“Aku kan malu..” cicitmu.

“Emangnya kamu mau apa?”

“Mau dipeluk kaya gini... mau manja-manjaan juga ke mas..”

Mendengar jawabanmu itu, Nanami tidak mampu menyembunyikan tawanya.

“Hahahaha ya ampun, gemas sekali istri mas ini,” ucapnya sembari mengecup pucuk kepalamu, membuatmu semakin salah tingkah.

Malam yang terasa singkat itu akhirnya berakhir dengan obrolan dan pelukan hangat dari suamimu, Nanami Kento; kehangatan yang tidak akan pernah membuatmu merasa cukup dan selalu kamu rindukan setiap harinya.


—FIN


“Late Night” Commissioned by @cheetosforger