Jealousy


Sore hari, kamu, Mai, Momo, dan Mahito berkumpul di depan televisi.

Kamu dan Mai duduk di atas sofa sedangkan Momo dan Mahito duduk di lantai yang beralaskan karpet tebal.

Bukan tanpa alasan, mereka berdua duduk di bawah agar memudahkanmu dan Mai untuk mengatur rambut mereka.

“Heran deh, cowo kok rambutnya bagus-bagus ya kalo gondrong?” ujarmu yang tengah mengeringkan rambut Mahito menggunakan hairdryer milik Momo.

“Paling perawatan tuh diem-diem” balas Mai tanpa mengalihkan pandangannya pada rambut Momo yang tengah ia kuncir.

“Hahahaha engga, keramas aja gua jarang” jawab Mahito sembari tertawa.

“Percaya gua, kak. Soalnya lu bau apek kalo ke kantor” balas Momo yang duduk di sebelahnya, tangannya tampak fokus pada ponsel yang ia pegang.

“Sembarangan, kaya pernah nyium aja” bantah Mahito yang sedari tadi sibuk memakan keripik.

“Diomelin bang Naoya lu ntar, ngabisin jajanan” ujar Mai.

“Ga bakal, dia banyak duit hahaha” jawab Mahito tanpa dosa.

“Orang mah nawarin yang laen dulu kek, basa-basi” ucapmu.

“Hehehe mau?” Mahito menyodorkan bungkus keripik yang sedari tadi ia pegang.

“Ntar aja. Emang mau rambut lu kena bumbu keripik?” jawabmu.

“Yaudah, gua abisin” ucapnya dengan senang.

“Gendut lu ntar nyemil mulu” celetuk Mai.

“Ga bakal, gua ga bisa gendut hahaha” balas Mahito enteng.


“Miwa kemana?” tanya Mahito tiba-tiba.

“Ngikut kak Geto sama Todo” jawabmu.

“Oh, nyari bahan buat BBQ ya?” tebak Momo.

“YES! MAKANNN!” seru Mahito yang kegirangan.

“Halah. Lu mah kontribusinya 0%, makannya 100%, bang” celetuk Mai.

“Loh? Gua kan tugasnya bersih-bersih” elak Mahito.

“Iya, bersihin makanan sama lauk” sahut Momo.

Mahito hanya tertawa mendengarnya.

“Oiya, kak Nao kemana? Ga keliatan daritadi” tanyamu.

“Gatau, lagi ngerokok kali di depan?” jawab Mai.

“Digondol kolong wewe” ujar Mahito tanpa berpikir.

“NGAWUR”


Di sisi lain...

“Urghh, itu ngapain sih pake ngeringin rambutnya Hito segala? Emang dia gak bisa sendiri?” batin Naoya yang mengintip dari balik pintu.

Ia memegang rambutnya sendiri yang sudah kering, lalu mendengus kesal.


Tidak lama kemudian, Naoya muncul dengan rambut yang basah sampai menetes.

Handuk yang ia letakkan dibahunya pun terasa basah karenanya.

“Abis kelelep dimana lu, bang?” ujar Mai.

“Ngaco. Abis mandi lah” balas Naoya.

“Bukannya tadi lu udah mandi? Paling pertama lagi mandinya” tanya Mahito yang masih sibuk dengan keripik ditangannya.

“Kaga. Minggir lu! Gantian!” ujar Naoya, meyuruh Mahito untuk menyingkir.

Don't wanna~” jawab Mahito sembari tertawa.

“Minggir!”

“Udah PW”

“Apaan PW?”

“Posisi Wuenak” lagi-lagi Mahito terkekeh, ia terlihat seperti anak kecil yang jahil.

“Kak Nao duduk disini, biar gue yang geser” ujarmu, sembari menunjuk tempat di sebelah Mahito yang kosong.

Ia pun langsung menuruti perintahmu, dan kamu mulai mengeringkan rambutnya.

“Terlalu panas ga?” tanyamu yang dibalas gelengan oleh Naoya.

Ia menepuk bahunya pelan, sebagai isyarat agar kamu mendekat.

Ketika kamu mendekatkan kepalamu, ia berbicara sangat pelan.

“Rambutnya mau dimainin juga kaya Mahito”

Tawamu meledak karenanya.

“Kenapa lu?” tanya Mai yang langsung menoleh kearahmu.

“Gapapa, itu lucu banget tadi adegannya” kamu tau, jawabanmu sangat konyol. Kamu tidak yakin mereka akan mempercayai alasanmu, karena saat ini kalian tengah menonton film thriller.

“Ya kan? Tadi lucu pas protagonistnya liat pembunuhnya di lorong. Mukanya itu loh hahaha” sahut Mahito.

Syukurlah ada Mahito... :)

“Psikotes lu berdua” ujar Mai.

Kamu hanya terkekeh. Meskipun kamu tidak tahu adegan apa yang terjadi ketika kamu tertawa tadi.


“Lu cemburu sama kak Hito ya, kak?” bisikmu pada Naoya.

“Engga” jawabnya cepat.

“Hooo yaudah, gue mau nguncir rambutnya kak Hito aja”

Naoya menahan tanganmu yang berada di bahunya.

“Gak boleh, kuncir rambut gua aja”

Kamu tersenyum jahil mendengarnya.

“Gamau, rambut lu pendek. Ga enak nguncirnya”

Naoya tidak menjawab, ia memegang tanganmu dan mengarahkannya keatas kepalanya.

“Yaudah, tepuk-tepuk kepala gua aja”

Kamu terkekeh mendengar permintaannya.

“Berasa punya kucing gue, kak” bisikmu sembari menepuk-nepuk pelan kepalanya.


“UDAH GUA DUGA, DIA PASTI ADA APA-APA SAMA SI SULE” batin Mai yang sedari tadi melihat gerak-gerikmu dan Naoya.


“No Silhouette”