He's next to you, instead of me
Geto mengajakmu ke pusat perbelanjaan yang cukup besar di kotamu.
Setelah beberapa saat berkeliling sembari menikmati es krim yang dibelikan oleh Geto, ia mengajakmu masuk ke dalam salah satu restoran cepat saji.
“Oiya, katanya ada yang mau ketemu gue juga, kak?” tanyamu sesaat setelah menempati meja yang dipilih oleh Geto.
“Hm? Kayanya bentar lagi sampe orangnya” jawabnya setelah mengecek ponselnya.
“Lu mau kemana, kak?” tanyamu ketika melihatnya bangkit dari kursinya.
“Ke kamar mandi. Mau ikut?” balasnya sembari terkekeh.
Beberapa waktu berlalu, tanpa terasa kamu sudah menghabiskan setengah dari minuman yang kamu pesan. Namun Geto tidak juga kembali dari kamar kecil.
Ketika kamu tengah mengedarkan pandanganmu untuk mencari sosok Geto, sebuah suara yang sangat kamu kenal menginterupsimu.
“Hi. Long time no see” sapa orang itu sembari duduk di bangku kosong yang ada di hadapanmu.
Kamu terkejut bukan main melihat seseorang yang menatapmu dengan sendu tepat di hadapanmu.
“Kak Naoya?” cicitmu.
Sebuah pikiran terlintas di benakmu, ”Jangan bilang... orang yang dimaksud kak Geto itu kak Nao?”
Situasi yang tidak kamu prediksi ini membuatmu merasa tidak nyaman, ingin rasanya kamu melarikan diri saat ini juga.
”Gue kabur aja kali ya?” batinmu sembari menghabiskan minuman yang ada di gelasmu.
Sayang jika tidak dihabiskan, apalagi itu dibelikan oleh Geto. Ia akan sedih jika kamu tidak menghabiskannya, begitu pikirmu.
Saat kamu akan bangkit dari kursimu, Naoya menahan lenganmu dan memintamu untuk kembali duduk.
“Duduk dulu. Banyak yang mau gua omongin sama lu” titahnya.
Naoya mulai menjelaskan semua hal yang ia tutupi darimu. Mulai dari pertunangannya yang dipaksakan, hingga fakta bahwa ia keluar dari lingkaran setan yang membelenggunya (keluar dari keluarga Zenin).
Semakin banyak kamu mendengarnya, dadamu terasa sesak. Rasa bersalah menghinggapimu, hingga membuatmu sulit untuk menatap lelaki yang ada di hadapanmu.
“Kenapa lu ngambil keputusan kaya gitu, kak? Nanti masa depan lu gimana?” ujarmu yang sedari tadi membisu
“Gua pengen milih masa depan yang mau gua jalani. Gua juga mau ngebuktiin kalo yang gua pilih ini gak salah” jawabnya dengan mantap.
“Tapi, ninggalin keluarga tuh—”
Naoya memotong ucapanmu.
“Kalo gua tetep disana, seumur hidup gua akan tersiksa. Dan gua gak bisa sama lu lagi..”
Ia mulai menarik tanganmu dan meletakkannya di sebelah pipinya. Satu tangannya ia ulurkan untuk menghapus cairan bening yang keluar dari sudut matamu.
“Sekarang kita lanjutin hubungan kita lagi ya, sayang..” ujarnya sembari tersenyum menatapmu.
Di sisi lain, Geto memperhatikan kalian dari kejauhan. Ia tersenyum pahit sebelum melangkah keluar dari restoran cepat saji yang kalian datangi.
”Kayanya udah ga ada tempat buat gua” batinnya.
Ia meninggalkanmu dan Naoya. Toh Naoya akan menjaminmu pulang dengan selamat nantinya, dan tentu saja ia mampu mengembalikan keceriaanmu yang sempat hilang. Begitu pikirnya.
”No Silhoutte”