Feeling
Tik.. Tok.. Tik.. Tok.. Krikkk krikkkk krikkk
Suara denting jam dan jangkrik yang bersahutan terdengar sangat jelas.
Entah sudah pukul berapa saat ini, kamu tidak dapat melihat jam yang menempel di dinding karena tidak adanya cahaya.
Bukan karena mati listrik, tapi kamu memang sengaja mematikan lampu supaya tidur menjadi lebih berkualitas.
Yang jelas, Sukuna masih terlelap di sebelahmu. Kamu ingin kembali tertidur, tapi mimpi yang baru saja kamu alami membuatmu sulit terlelap.
“Unaa..” ucapmu lirih sembari menggenggam tangannya dan berusaha menutup matamu rapat-rapat.
Mimpimu tidak seram sebenarnya, tapi terasa nyata dan itu membuatmu sangat sulit untuk melupakannya.
Benar, kamu hanya bermimpi mendapat dua buah kotak kado dari seseorang. Tapi kamu tidak melihat wajah orang itu dengan jelas.
“Pilih satu dari dua hadiah ini” ujar orang itu sembari menyodorkan dua kotak kado dengan pita yang berbeda.
Berwarna hitam dan merah.
Kamu pun memilih kotak dengan pita merah. Alasannya sederhana, Sukuna menyukai warna merah. Dan kamu menyukai hal-hal yang berkaitan dengannya.
“Yakin?” Tanya orang itu.
Kamu mengangguk dengan mantap.
Orang itu menyeringai dan tawa melengking keluar dari mulutnya.
Kamu terkesiap dan bangun dari mimpi itu dengan napas tersengal-sengal layaknya telah berlari puluhan kilometer.
Entah apa maksud dari mimpi itu, apakah kamu salah memilih kotak yang bahkan belum sempat kamu buka? Tapi sepertinya kamu sedikit lega karna tidak melihat isi kotak itu setelah melihat reaksi orang itu.
“Unaa, aku ga bisa tidur” ujarmu pelan agar tidak membangunkan Sukuna.
Kamu mengedarkan pandanganmu untuk melihat seisi ruangan. Gelap, batinmu.
Saking gelapnya, mungkin saja ada sosok yang bersembunyi dibalik kegelapan itu. Membayangkannya membuatmu bergidik.
Kamu segera memeluk lengan Sukuna yang masih terlelap, berusaha menghilangkan rasa takut akibat imajinasi yang kamu pikirkan sendiri.
“Hmm? ...belum tidur?” gumam Sukuna yang terbangun karena tangannya terasa pegal.
“Ga bisaa. Takuttt” kamu semakin mengeratkan pelukanmu pada lengannya yang kekar itu.
Sukuna segera membalik tubuhnya yang tengah terlentang ke arahmu dan mengelus pucuk kepalamu
“Masih takut?” Tanya sukuna yang tangannya tidak berhenti mengelus kepalamu.
Kamu hanya menggangguk.
“Daripada meluk tangan, mending kamu deketan ke sini terus meluk aku. Biar gak takut lagi”
“Mau peluk, tapi ga bisa..”
“Kenapa gak bisa?”
“Perut aku gede gini, gimana meluknya?” Jawabmu lirih.
Benar, perutmu yang semakin membesar itu membuatmu kesulitan.
“Aku lupa. Yaudah, kamu madep sana. Biar aku peluk dari belakang”
“Gamau ngadep jendela.. takut”
Sukuna hanya terkekeh dan mencium dahimu.
“Mama kamu lucu kan? Nanti kalo kamu lahir, temenin papa buat jagain mama kamu ya. Biar gak ketakutan lagi” ujar Sukuna sembari mengelus perutmu.
“Kamu elus gitu, aku makin ga bisa tidur”
“Kenapa?”
“Bayinya nendang-nendang terus, kamu ga ngerasa?”
“Aku kira perut kamu geter karna laper hahahahaha”
“EMANG KALO AKU LAPER PERUT AKU KAYA GITU?”
“Engga, sayang. Aku bercanda. Udah, ayo tidur..”
“Bercandanya ga lucu”
“Iya, sayang. Aku emang gak lucu, tapi aku keren.”
“Siapa yang bilang?”
“Kamu.... kan?”
Kamu tertawa geli mendengarnya.
“Hehehehe iya. Una keren!”
“Iya dong. Cium dulu kalo gitu”
“Tidur.” Balasmu.
“When you are alone”