Farewell Party Dadakan
“Gua nitip istri gua dulu ya, bentar.” Ujar Sukuna.
“Iyeee. Udah sono pergi” balas Shoko yang sudah jengah mendengar Sukuna.
“Awas ya kalo istri gua sampe kenapa-kenapa! Gojo, lu jangan macem-macem!” Ancam Sukuna entah yang keberapa kali.
Gojo yang sedang menguncir rambutmu seperti Pucca langsung menghentikan aktivitasnya.
“Gua ga ngapa-ngapain... nguncir rambut doang” ujar Gojo.
“Tenang aja, Unaa. Aku aman kok disini” Kamu berusaha menenangkan Sukuna yang sekarang dua kali lipat lebih sensitif dan paranoid setelah kamu dinyatakan tengah mengandung.
“Papa pulang dulu yaa, mau ngurus sesuatu. Nanti kamu sama mama bakal papa jemput lagi. Jangan nakal ya, kasian mama” Sukuna berpamitan pada jabang bayi yang ada di perutmu, dan sesekali mengelusnya.
Agak merinding sebenarnya mendengar itu, terlebih disana ada beberapa pasang mata yang menyaksikan.
“GELI BANGET GUA DENGER LU NGOMONG GITU” ujar Gojo.
“Bulu kuduk gua ampe berdiri nih” Geto menunjukkan kakinya.
“BULU KAKI LU KAN EMANG GITU ANJIR, AGAK NGEMBANG” ujarmu.
“NGEMBANG-NGEMBANG, EMANGNYA BULU KAKI GUA GULALI APA? NGEMBANG SEGALA” balas Geto.
“Sayang, jangan teriak-teriak. Kasian baby kita, nanti kaget” Sukuna berusaha mengingatkanmu.
“SU, MENDINGAN LU BALIK DAH. SEBELUM TEFLON DI TANGAN GUA MELAYANG” Kini Shoko mulai hilang kesabaran karna Sukuna tidak lekas pergi.
“Tau. Dari tadi pamitan tapi kaga pergi-pergi” sahut Gojo.
“Ngapain pindah sih? Mana jauh banget lagi” tanya Gojo sembari melahap sepotong Pizza.
“Sukuna kan tempat kerjanya pindah, jadi ya terpaksa pindah rumah biar lebih deket dari kantornya” jelasmu.
“Nanti kalo ada apa-apa, kabarin kita aja ya” ujar Shoko.
“Siap!”
“Mau minum air kelapa?” tawar Geto yang tengah mengeluarkan minuman dan camilan dari kantong belanjanya.
“Mau lah” kamu segera mengambil minuman itu dari atas meja.
“Ahhhhh~ Rasanya seperti di pantai~” ujar Gojo setelah meminum seteguk air kelapa.
“Ngapa? Rasanya kaya air laut?” Tanyamu
“Ngaco! Ya rasa air kelapa lah” balasnya
Gojo meneguk air kelapa ditangannya kembali.
“Aahhhhh~ seger banget. Rasanya seperti menjadi duyung yang berenang kesana kemari di lautan lepas” ujar Gojo sok puitis.
“Maksud lu kaya dugong?” Geto mematahkan jiwa puitis milik Gojo.
“KAYA PUTRI DUYUNG GITU, ANJIR! BERANTEM AJALAH KITA!” Gojo mulai hilang kesabaran.
“When you are alone”