Dari Naoya
Beberapa menit setelah kamu mengirim pesan kepada Naoya, terdengar suara ketukan dari pintu ruanganmu.
“Masuk aja” ujarmu setelah yakin bahwa itu adalah Naoya.
Ia membuka pintu, menyembulkan kepalanya terlebih dahulu untuk melihat keadaan sebelum benar-benar masuk.
“Ngapain sih, kak? Udah kaya mau maling aja” celetukmu.
“Yeeehh, sembarangan aja kalo ngomong” balasnya sembari menutup pintu.
Ia mulai berjalan menghampiri mejamu dan meletakkan sebuah kantong belanja di atasnya.
“Ini apaan, kak?” tanyamu.
“Obat”
“Buat siapa?”
“Buat lu lahh, masa buat pak Ijichi?” jawabnya sedikit sewot.
Kamu mulai membuka isi kantong itu. Disana terdapat salep untuk luka, perban, plester, vitamin, hingga camilan dan minuman pun lengkap di dalamnya.
“Jangan ge'er. Ini tuh salah satu bentuk pertanggungjawaban gua karna abis bikin lu celaka semalem” ujarnya.
“Oh, nyogok nih ceritanya?” pancingmu.
“Iya” jawabnya cepat.
“Wah, gue ga nerima sogokan, kak. Dosa”
“Anggep aja tanda permintaan maaf dari gua”
“Jadi ini sogokan apa permintaan maaf?” lagi-lagi kamu memancingnya.
“Udah sih, terima aja. Gak usah banyak tanya” balasnya.
“Jangan bilang siapa-siapa kalo itu dari gua. Gua balik dulu, keburu pak Ijichi dateng” sambungnya
“Makasih udah ngekhawatirin gue, kak.” Ucapmu sebelum dia pergi.
“Gua gak kh–”
“Makasih juga obat sama makanannya” sambungmu sembari tersenyum padanya.
Ia hanya mengangguk dan bergegas pergi.
“No Silhouette”