Carabiner
(Bisa sambil dengerin ini)
Sukuna masih terjaga, ia tak melepaskan genggamannya pada tanganmu barang sedetik pun. Seolah ia akan kehilanganmu jika ia melepasnya.
“Yuuji lincah banget, tadi ketawa terus waktu aku gendong”
“Kayanya dia suka digendong. Apalagi kalo digendong mamanya..”
“Kamu kapan bangun? Yuuji kangen mamanya. Aku juga..”
Sukuna terus berbicara meski ia tahu kamu tidak akan menjawabnya.
“Gojo katanya mau kesini. Aku suruh bareng Mahito biar dia ada temennya kalo nyasar” Sukuna terus bercerita sembari tertawa kecil.
“Tadi aku sempet liat tweetnya, kayanya nyasar beneran”
“Orang mah kalo nyasar tuh nelpon gitu ya? Nanya. Dia mah engga. Malu kali ya?”
Sukuna tertawa kecil, namun matanya tak bisa bohong. Disana tersimpan banyak kesenduan dan kerinduan kala menatapmu yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan banyak selang yang menempel di tubuhmu.
“Kamu jangan khawatirin aku. Aku udah makan kok, biar tetep sehat dan bisa jagain kalian berdua.” ujarnya.
Sejujurnya ia tak berselera untuk makan, tapi ia harus.
Ia tahu, kamu akan sangat kesal jika tahu kalau Sukuna mulai hidup dengan sembrono. Seperti makan tidak teratur dan terjaga sepanjang malam misalnya.
“Oiya, Yuuji udah bangun. Kamu mau ketemu Yuuji?”
Tanyanya, meskipun hanya keheningan yang akan menjawabnya.
“Sebentar ya, aku bawa Yuuji kesini dulu”
“Mama, dedek Uji dateng nih” ujar Sukuna yang tengah menggendong bayi mungil bernama Yuuji.
“Ehh ketawa.. Uji seneng ya liat mama?” Sukuna tersenyum hangat sembari memainkan pipi gembul anaknya.
Sukuna mulai menarik kursi yang ada di samping ranjangmu dan duduk di atasnya.
“Kamu pengen gendong Uji juga?”
“Kamu bangun dulu, sayang. Biar bisa gendong dan main sama Uji”
“Coba Uji.. suruh mama bangun”
“Mama bangun! Uji mau main cama mama!” Ujar Sukuna, meragakan suara anak kecil.
tok tok tok
Terdengar suara pintu yang diketuk dari luar.
Sukuna pun beranjak dari kursi dan membuka pintu yang memperlihatkan dua orang yang ia kenal.
“Nyampe juga lu berdua” ujar Sukuna sembari terkekeh.
“Mahito kaga jelas banget! Dia salah baca maps! Harusnya belok sebelum pertigaan yang ketiga. Eh, dia ngasih taunya belok di belokan abis pertigaan. Nyasarnya jauh banget!” ujar Gojo.
“Lu berisik, bikin gua ga bisa konsentrasi!” balas Mahito.
Gojo baru menyadari bahwa Sukuna tengah menggendong seorang bayi.
“Su? Ini anak gua?” tanya Gojo, tanpa dosa.
Diam-diam Mahito mencubit Gojo dan berbisik.
“Orgil! Ga liat Sukuna lagi kacau gini? Masih aja lu bercandain”
Gojo hanya meringis kesakitan. Sedangkan Sukuna hanya menatap mereka dengan bingung.
“Oh iya. Halo, om! Ini dedek Uji” ujar Sukuna yang sukses membuat Gojo dan Mahito merinding geli mendengarnya.
Pasalnya mereka tidak pernah mendengar Sukuna berbicara seperti anak kecil.
“Utututu sini om Jo gendong” ujar Gojo yang tangannya langsung ditepis oleh Sukuna.
“Gak boleh! Kotor. Lu abis dari perjalanan jauh!” balas Sukuna.
“Gua naro Yuuji dulu di ruang inkubator. Lu berdua disini ya, jagain istri gua dulu. Sebentar.” lanjutnya.
“Luv.. Sakit banget ya?” ujar Gojo yang melihatmu terbaring lemah.
“Kalo ga sakit mah ga bakal di rumah sakit” balas Mahito.
“Diem lu”
Untungnya sebelum percekcokan terjadi, Sukuna datang.
“Jangan berisik, istri gua perlu istirahat” ujar Sukuna.
Gojo dan Mahito langsung terdiam dan mengangguk.
“Kalian ke rumah gua dulu gih. Mandi, terus istirahat. Nih kunci rumah sama mobil” Sukuna memberikan mereka dua buah kunci.
“Lu bawa mobil?” Tanya Mahito.
“Iya lah. Buat bawa dia ke rumah sakit. Mobilnya ada di parkiran paling ujung ya” jelasnya.
“Gapapa kita tinggal?” tanya Gojo.
“Iya, kan lu berdua tamu jauh. Nanti kalo udah istirahat, lu berdua kesini lagi gapapa”
“Oiya, maklumin aja ya kalo agak berantakan” sambungnya.
“Jo... ntar mampir steam mobil dulu” ujar Mahito yang baru membuka pintu bagian penumpang.
“Ngapa?” tanya Gojo
”....banyak darah yang udah kering”
“Yaudah, ntar lu liatin aja di pinggir jalan. Kalo ada, kita mampir dulu”
“Iyeee”
“When you are alone”