Cafe
Kamu tengah memesan satu cup minuman serta beberapa makanan di sebuah cafe yang pernah kamu kunjungi bersama rekan kerjamu beberapa waktu lalu.
Niatnya kamu akan segera pulang setelah pesananmu selesai disiapkan.
Namun, kamu melihat sosok lelaki yang tadi membuatmu gundah tengah berbicara dengan seorang pelayan di cafe itu.
“Kak Naoya bukan sih?” batinmu.
Melihat gestur pelayan yang tengah berbicara dengannya sedikit panik dan sesekali menunduk di hadapan Naoya, membuatmu berbalik dan menghampiri mereka.
“Jangan bilang dia marah-marah ke pelayan disini juga? Nih orang.. bener-bener!” batinmu.
Kamu menghentikan langkahmu tidak jauh dari Naoya dan seorang pelayan yang berbicara dengannya berdiri.
“Besok pagi stock bahan yang gua pesen sampe. Awasin, langsung laporin ke gua. Cek juga kualitas sama kelengkapannya” ujar Naoya.
“Wait.. ini ga kaya orang yang lagi komplain?” batinmu, yang masih menerka-nerka.
“Jadi saya masuk shift pagi, bos?”
“Malem, Yut”
“Kok suruh ngawasin stock bahan dateng pagi-pagi?”
“Mood gua lagi jelek, jangan ngajak kelahi”
“Maaf, bos. Besok saya dateng pagi”
“BOS? NAOYA? BOS?” batinmu.
“Ada yang mau dilaporin lagi gak?” tanyanya pada pelayan yang bernama Yuuta.
“Oh, ada! Tadi siang ada yang ngelamar disini” jawab Yuuta.
“Emang gua buka lowongan lagi ya?” Naoya mengernyitkan dahinya, berusaha mengingat.
“Engga. Maksud saya.. ada yang ngelamar pacarnya disini, bos. Dan pacarnya itu.. mantan pacar anaknya temennya temen mama saya”
“Mantan pacar.. temennya temen emaknya? Oh, jadi yang dilamar tuh... ANJIR! GA PENTING! GA ADA HUBUNGANNYA SAMA SIAPA2” batinmu yang menyimak pembicaraan mereka.
Ya, kamu masih berdiri tidak begitu jauh dari Naoya.
“Yuuta.. besok lu lamar kerja tempat lain ya” ujar Naoya sembari tersenyum jahat.
“JANGAN, BOS! NANTI SAYA GA BISA JAJAN KALO DIPECAT” Yuuta mulai heboh.
Kamu kembali berjalan mendekat ke arah mereka.
Yuuta yang berdiri di hadapan Naoya melihatmu, jadi kamu memberi isyarat agar ia tetap diam.
“Jangan bilang dia kalo gue ada di sini. Shuuuttt! Gue mau ngagetin dia” ujarmu pada Yuuta tanpa bersuara. Tidak hanya itu, kamu juga membuat gestur dengan melambaikan tanganmu yang berarti “jangan”.
Sialnya..
“Hai!” Sapa Yuuta sembari melambaikan tangannya padamu, membuat Naoya menoleh kebelakang.
“ANAK DODOL” batinmu.
“Ngapain kesini?” tanya Naoya.
”...jajan” jawabmu sembari menggoyangkan segelas minuman yang tadi kamu pesan di hadapannya.
“Saya ke belakang dulu, kasian si Justin nge-handle sendiri” pamit Yuuta
“Justin siapa?” tanya Naoya.
“Masa nama pegawai sendiri lupa, bos? Itu, si Justin Widjiatmoko. Katanya dia gamau dipanggil Moko lagi, maunya Justin”
“Bos?” cicitmu pelan sembari melihat ke arah Naoya.
Sedangkan Yuuta baru teringat sesuatu.
“Yuuta! Lu geblek banget! Bisa-bisanya lupa kalo ga boleh manggil dia 'bos' kalo ada temen kerjanyaa?! Gua kabur aja lahh. Wish me luck!” batin Yuuta.
Yuuta menunduk sebelum menghilang dari hadapanmu dan Naoya.
Kamu dan Naoya sama-sama membisu.
Kamu merasa tidak nyaman dengan keheningan yang ada diantara kalian, sehingga kamu mencoba membuka suara.
“Ada yang mau diomongin ga? Kalo ga, gue pulang”
“Duduk” ujarnya, sembari menahan tanganmu.
“Dari tadi gue udah duduk tapi lu diem aja, ga ngomong apa-apa”
“Duduk dulu. Gua mau ngomong”
Kamu pun kembali duduk di sebelahnya.
“Apa yang mau lu denger dari gua?” tanyanya.
“Semuanya” jawabmu tanpa ragu.
“Ya yang mana dulu? Gua bingung mau ngomong dari mana” ujarnya sembari mencubit pipimu, namun kamu menepisnya.
“Ga usah pegang-pegang! Gue masih kesel sama lu, kak!”
“Kesel kenapa? Tadi kita baik-baik aja kan,”
“MBAHMU BAIK-BAIK AJA! CHAT GUE GA LU BALES! TAU-TAU MALAH KETEMU DISINI”
“Oalah.. kalem dulu, kalem. Tadi gua liat notif, pas mau buka malah di telpon Mama gua. Terus langsung kesini buat ngecek cafe, jadi lupa bales” jelasnya.
Kamu terdiam sejenak, memikirkan kalimat apa yang ingin kamu lontarkan padanya.
“Kak, sebenernya lu itu siapa?” tanyamu pada akhirnya.
“No Silhouette”